Senin, 26 November 2012

Final SoftSkill Sistem Infomasi Psikologi Part 2


dengan segenap kekurangan saya memohon maaf jika tugas final ini di pecah menjadi 2 entri.. karena kesibukan yang tak terduga jadinya saya menyicil tugas-tugas saya.. hehehehe.. tapi saya tetap bersihkeras mengerjakan walau agak telat..


Jurnal 4

Social Networking in Undergraduate Education
Hohohohoho.. kita kembali lagi membahas tentang dunia maya. Jurnal ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari jurnal Using eTechnologies for Active Learning. Kalau dalam jurnal tersebut sih mengahasilkan kesimpulan mahasiswa dapat belajar aktif dengan memanfaatkan  teknologi modern Di Australiaaaa yaaaa. Sedangkan jurnal ini sepertinya membahas hal yag lebih sempit sedikit (mulai menspesifikan). Jaringan Sosial dalam Pendidikan Sarjana. Kalau jurnal terdahulu kita memebahas masalah bagaimana eteknologi dapat bermanfaat bagi belajar aktif, sekarang salah satu bagian dari Eteknologi yaitu jejaring sosial yang cakupannya pada Mahasiswa.

Jurnal ini di terbitkan atau di teliti oleh Nicole A. Buzzetto-More University Maryland Eastern Shore, Princess Anne dari USA. Dengan kata lain mungkin gayanya akan berbeda dengan jurnal sebelumnya, karena negara ini sangat berbeda (cepat mengambil kesimpulan... lebih tepatnya sok tau).
Latar belakang dari penelitian ini adalah dunia mahasisiwa yang dibesarkan dalam dunia technosentris. Yang dimana teknologi memainkan peran integral dalam kehidupan manusia dan di mana inovasi baru dengan cepat diserap dan berasimilasi. Unutk membangun komunitas belajar dengan keterlibatan mahasiswa yang meningkat pendidik semakin mengadopsi atau membutuhkan penggunaan jaringan sosial (atau bahasa gaol orang Indonesia Jejaring sosial) untuk melengkapi proses belajar mengajar. Jurnal ini secara garis besar mengeksplorasi manfaat dari sistem jaringan sosial sebagai alat pembelajaran dengan menghadirkan hasil studi yang menguji persepsi manusia serta pengelolaan mahasiswa yang menyelesaikan kursus di sebuah universitas Mid-Atlantic AS yang minoritas menggunakan Facebook untuk meningkatkan instruksi. Kata kunci dalam jurnal ini adalah Jaringan Sosial, Facebook, Social Learning, Web 2.0 Alat Pengajaran, Digital Lit-eracy, Web 2.0.
Perkembangan jaman yang terus meningkat menghasilkan banyak sekali perubahan. Bukan hanya sebentar namun permanen bagi umat manusia (saya gak tau gimana kalo kiamat nanti *looh*). Munculnya Web berbasis teknologi komunikasi selama dekade terakhir mengakibatkan pergeseran paradigma meteoric. Konsep sebelumnya dipegang ekspresi pribadi, privasi, dan hubungan interpersonal telah digantikan dengan konseptualisasi Web 2.0.
Mahasiswa atau Peserta didik saat ini telah memiliki dunia mereka yang didefinisikan dalam teknologi Web 2.0. sebagai penduduk dalam dunia maya ini, mahasiswa secara permenen dengan mudah diakses. Teknologi diberdayakan oleh, generasi saat ini siswa merindukan cara baru untuk mengekspresikan diri dan berbagi informasi.
Bagaimanapun dunia pendidikan harus mencari cara untuk menjembatani jurang antara teknologi dirasakan tutor dan tutee. Sejauh mana jurang ini benar-benar ada dan peran teknologi jejaring sosial sebagai bagian dari solusi yang mungkin dilakukan. Selanjutnyapun sejauh mana mahasiswa mengharapkan untuk melihat teknologi jejaring sosial diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran masih belum jelas. Dalam penemitian ini menyajikan persepsi mahasiswa manajemen yang menyelesaikan kursus di AS Mid-Atlantic minoritas-melayani uni-hayati selama musim semi 2010 dan sepanjang tahun 20 11 akademik yang digunakan Facebook sebagai alat instruksional. Dalam sebuah servei menunjukan kalau Facebook (sebuah jejaring sosial yang di ciptakan oleh maxzangkebert... maaf kalo salah nulis nama) alat yang berharga yang membantu memperkuat hubungan interpersonal, membangun komunitas belajar, dan melibatkan siswa. Ketika mahasisiwa di minta membandinbgbkan Facebook dengan salah satu sistem belajar yang di unggulkan dan hasilnya tetap facebook lebih unggul dalam membangun fasilitas diskusi kelas (ini menunjukan kejeniusan pencipta facebook itu).
Yah.. kalo boleh saya tambahkan,, jika di hubungkan dengan salah satu teori psikologis yaitu humanistik. Mungkin facebook itu merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia yaitu “dihargai” atau “diakui”. Ini ada dalam hirariki kebutuhan Maslow. Bagaimanapun sebagai anggota facebook kita tetap aktif memperhatikan dan di perhatikan orang lain. Secara tidak langsung terkadang kita mencari pertahian dalam jejring sosil ini kan... sepeti menulis status, curhat, chat. Dengan profil ataupun foto profil kita pun dapat menjadi media untuk mancari perhatian pada masyarakat luas. Fasilitas yang banyak di facebook memang sangat membantu dalam urusan (atau bahkan kebutuhan) berkomunikasi (lagi-lagi dalam hirarki kebutuhannya Maslow ada ini).
Saking populernya jejaring sosial mengadakan TOP 10 dengan pangsa pasar untuk Maret tahun 2012 yang dilaporkan oleh Experian. Menurut data. Han hasilnya adalah Facebook memegang pangsa pasar 63,28%, diikuti oleh YouTube (20%), dan Twitter dan Yahoo! Answers masing sekitar 1% (Experian Hitwise, 2012).
Bagaimana seseorang mendefinisikan berbasis jejaring sosial web? Dalam bentuk yang paling sederhana, layanan jaringan sosial adalah aplikasi komputer yang mendukung pengaturan kompleks yang terhubung (orang) dengan alat untuk menyimpan dan menyajikan informasi serta berkomunikasi, menghubungkan, dan berinteraksi dengan orang lain.
YouTube merupakan terbesar kedua mesin pencari di Web, 3,5 miliar potongan konten bersama setiap minggu di Facebook, Twitter mendukung lebih dari 65 juta tweets per hari, 96% di AS 18-35 tahun berada di jaringan sosial. Selanjutnya, lebih dari 67% dari populasi online global secara teratur mengunjungi sebuah situs jaringan sosial, dan situs jejaring sosial saat ini secara kolektif. Dari sebelas orang, satu orang dalam  di setiap menit menghabiskan waktunya untuk online.
Perkembangan digital, teknologi sosial dan mobile telah menciptakan budaya di mana pemuda lebih berpartisipasi dalam menciptakan dan berbagi konten, sangat mengubah cara siswa berkomunikasi, berinteraksi, dan belajar. Dalam banyak kasus siswa menghabiskan sebanyak (atau lebih) waktu online dalam lingkungan pembelajaran informal seperti berinteraksi dengan teman sebaya dan menerima umpan balik  daripada yang mereka lakukan dengan para guru di kelas tradisional. Ya misalnya saja sekarang kebanyak orang lebih suka BBMan saat bersama dengan teman-temannya, selain membuat teman-temannya merasa tidak di hargai, hubungan komunikasi menjadi buruk.
Menurut temuan mereka siswa lebih suka menggunakan moderat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam program mereka, melihat penggunaan sistem manajemen saja, e-buku, dan perpustakaan online positif. Sehubungan dengan penggunaan teknologi baru seperti blog, wiki, dan dunia virtual 3D. Jones dan Shao juga menemukan bahwa siswa merespon positif penggabungan teknologi baru ke dalam proses pengajaran dan pembelajaran asalkan penggunaan teknologi baik tersusun, terarah, dan benar terintegrasi ke dalam proses pembelajaran.
Jurnal ini juga mempertimbangbkan mengenai penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Selwyn. Dimana penelitian tersebut melakukan survei terhadap 1222 mahasiswa sarjana dan menemukan bahwa penggunaan akademis siswa dari World Wide Web yang berdampak lebih oleh perbedaan gender dan disiplin daripada oleh perbedaan dalam akses teknologi atau keahlian. Secara khusus, penelitian ini menemukan bahwa siswa dari ilmu kesehatan ilmu sosial, hukum, dan bisnis melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari penggunaan Web pendidikan daripada siswa dalam seni kreatif, arsitektur atau perencanaan, dan humaniora. Sehubungan dengan gender, mahasiswa perempuan yang ditemukan secara signifikan lebih mungkin untuk mencari informasi akademik secara online daripada rekan-rekan pria mereka. Dalam tindak lanjut studi, Selwyn menemukan bahwa penggunaan situs jejaring sosial seperti Facebook telah menjadi alat penting untuk pembangunan sosial dan budaya, dalam keterlibatan khususnya di perguruan tinggi, namun, mereka tidak selalu ditemukan akan digunakan untuk secara resmi meningkatkan studi sarjana.
Menyadari dampak dari fenomena media sosial, gerakan Melek baru telah muncul yang mendorong pendidik untuk mempertimbangkan tidak hanya tradisional berbasis cetak kemahiran, tetapi juga kemahiran digital dibentuk oleh praktek-praktek sosial sepeti teknologi baru seperti blog, wiki, massively multiplayer game online, social networking teknologi dan teknologi video dan musikdiseminasi cepat menyebar, melalui Internet, masing-masing dengan tambahan, bentuk keaksaraan baru dan fungsi yang dibentuk kembali oleh sosial praktek.
Yang melatar belakangi alasan saya menambil jurnal ini karena jurnal ini menggunakan teori psikologi sebagai salah satu landasan jurnal.  Teori yang digunakan adalah Teori modal sosial mengatakan bahwa jaringan sosial sangat berharga karena kemampuan mereka untuk membangun komunikasi masyarakat dimana individu saling mendukung dalam mengejar tujuan bersama. Para ilmuwan sosial telah menyimpulkan bahwa bergabung dan menjadi terlibat dalam kelompok memiliki dampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan dan prestasi pendidikan naik ketika peserta didik memiliki kehidupan asosiasional mendukung. Keanggotaan dalam jaringan sosial yang positif dapat membantu mengajar kepercayaan peserta didik, toleransi, penerimaan, dan kolaborasi dan sebaliknya bisa terjadi dengan yang negatif jaringan sosial.
Teori psikologi yabng digunakan adalah  teori pembelajaran sosial, pembelajaran terjadi dalam konteks sosial dan dipengaruhi oleh interaksi simbolik. John Seeley Brown lebih lanjut menjelaskan bahwa belajar-ing masyarakat adalah kelompok orang-orang yang berbagi minat dalam proses pembelajaran, belajar baik dengan serta satu sama lain, dan mengembangkan suasana yang mendukung untuk mendorong keberhasilan di antara anggotanya.
Dibesarkan "selalu aktif " dalam dunia media interaktif, internet, dan media sosial teknologi, mahasiswa saat ini memiliki harapan yang berbeda dan gaya belajar dari generasi sebelumnya. Penggunaan mana-mana teknologi sosial dan mobile memberikan remaja kesempatan untuk menggunakan alat-alat seperti Facebook untuk membuat diri mengorganisir komunitas belajar atau Jaringan Belajar Pribadi. Memahami dan menggabungkan peluang belajar digital ke dalam kursus Anda akan meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan pembelajaran, sementara lebih baik memenuhi kebutuhan siswa saat ini dan gaya digital mereka belajar.
Beberapa penelitian telah difokuskan pada dampak jejaring sosial pada keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Shih meneliti penggunaan layanan jaringan sosial dalam lingkungan belajar hybrid. Menurut temuan, mengintegrasikan Facebook dan penilaian sejawat dapat meningkatkan konstruksi pengetahuan, meningkatkan minat mahasiswa dan keterlibatan, dan membina kolaboratif belajar. Selain itu, Webb menemukan bahwa menggunakan berbagai media sosial sebagai bagian dari pengajaran dan proses belajar dengan mahasiswa baik di dalam maupun di luar kelas mengakibatkan keseluruhan di lipatan dalam keterlibatan mahasiswa.
Jejaring sosial yang paling diseorot pada jurnal ini adalah Facebook. Facebook sendiri merupakan layanan jejaring sosial yang didirikan pada tahun 2004, yang dimiliki secara pribadi oleh Facebook, Inc Facebook pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, pertukaran mes-orang bijak, atau bergabung dalam kelompok kepentingan pengguna umum. Facebook saat ini memiliki saham dominan pasar jaringan sehingga sosial dan bukan hanya nomor satu peringkat layanan jejaring sosial, tetapi salah satu Website yang paling populer di internet. Pada Januari 2012, Facebook memiliki lebih dari 845 juta pengguna aktif dan menyumbang satu dari setiap lima tampilan halaman di internet di seluruh dunia. Lebih dari 50% dari populasi Amerika Utara menggunakan Facebook, ada 425 juta pengguna ponsel, 57% dari pengguna adalah perempuan, pengguna berbagi lebih dari 100 miliar sambungan secara kolektif. Dalam pendidikan Facebook sedang digunakan untuk menghubungkan siswa ke konten seperti halaman yang diciptakan oleh pemenang hadiah Pulitzer wartawan, politikus, museum, dan ribuan lainnya, untuk kolaborasi wacana, interaksi, dan untuk berbagi link ke artikel, video, dan sumber informasi lainnya.
Facebook dapat memberikan mahasiswa dengan kesempatan untuk mempresentasikan ide mereka secara efektif, memimpin diskusi online, dan berkolaborasi. Selain itu, Facebook dapat membantu sebagai pendidikan, untuk memasuki gaya belajar siswa digital. Sebagai contoh, dapat memfasilitasi mahasiswa-mahasiswa kerjasama dan memberikan cara-cara inovatif bagi untuk melibatkan siswa dalam materi pelajaran.
Sebelum melakngkah lebih dalam maki kita perhatikan, berdasarkan teori yang didapat maka di bentuk lah hipotesis atau dugaan sementara hasil penelitian yaitu, Situs jejaring sosial seperti Facebook membantu membangun hubungan dalam masyarakat belaja,  Situs jejaring sosial seperti Facebook membantu untuk membangun komunitas belajar,dan hipotesis terakhir, Situs jejaring sosial seperti Facebook melibatkan mahasiswa
Untuk melakukan penelitian ini para pemeliti menyediakan penggunaan Facebook telah dimasukkan ke dalam mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa manajemen di sebuah universitas Mid Atlantic AS minoritas selama musim semi tahun 2010 serta seluruh tahun 2011 akademik. Kursus terlibat termasuk Bisnis Ethics, Sistem Informasi Manajemen, dan Komunikasi Bisnis. Dua dari Business Etika kursus dan Sistem Informasi Manajemen yang ditawarkan sepenuhnya online. Kursus ketiga, Komunikasi Bisnis, ditawarkan dalam format hibrida di mana beberapa kali pertemuan adalah untuk mendukung pembelajaran online. Sistem Manajemen Pembelajaran Blackboard digunakan dalam semua program untuk distribusi file PowerPoint, menangkap kuliah, dan handout, tunduk dan lulusan-ing tugas, berbagi kelas book akses, instruktur ditunjuk memimpin diskusi, kuis, menyediakan link ke sumber daya online seperti Questgarden mana WebQuests saja ditempatkan, pengumuman kursus mingguan, dan hosting kerja kelompok kolaboratif dan sesi pertemuan.
Selain penggunaan Sistem Belajar Blackboard Manajemen, untuk setiap kursus kelompok Facebook ini diciptakan dan mahasiswa di seluruh bagian dari program yang sama diundang untuk bergabung dengan kelompok mereka saja. Facebook digunakan dalam semua program untuk distribusi instruktur dan siswa diposting pengumuman, fakultas yang dipimpin dan mahasiswa yang dipimpin diskusi, tanya jawab peluang kepada mahasiswa serta berbagi sumber daya seperti situs web, YouTube video, berita articles, dan gambar, pemungutan suara, dan komentar tepat waktu pada peristiwa mahasiswa. Facebook Partisipasi dibuat wajib dan poin ditugaskan untuk partisipasi.
Mahasiswa tidak diberi pedoman untuk partisipasi Facebook.mahasiswa tersebut dituntut untuk partisipasi secara berkelanjutan, bermakna, dan bijaksana, dan komentar pada posting yang dibuat oleh orang lain itu harus disertakan. Sampai batas tertentu, ada duplikasi kegiatan antara Blackboard dan Facebook sistem-sistem, namun sifat dari dua sistem yang berbeda menentukan lintasan kegiatan ini. Misalnya, sebagai sistem manajemen pembelajaran, Blackboard adalah instruktur dirancang dan dikelola sistem mewakili lingkungan yang cukup dikendalikan yang meminjamkan formalitas tertentu untuk semua perilaku yang terjadi di dalam sistem. Selain itu, sebagai sistem maanjemen pembelajaran Blackboard memiliki fitur yang lebih atau kemampuan yang tersedia untuk mendukung e-learning. Facebook di sisi lain, sebagai sistem jaringan sosial, sangat tidak dikontrol. Mungkin jika administrator grup membantah anggota kelompok kemampuan untuk memposting pesan di dinding group. Selanjutnya, sifat sistem jejaring sosial mendorong kedekatan tertentu.    
Struktur kelompok Facebook berubah selama penelitian ini. Kelompok awal struktur mendatang termasuk Tembok yang berfungsi sebagai homepage untuk kelompok serta Informasi, Diskusi, Foto, Video, dan tab acara. Instruktur diposting informasi di Wall serta digunakan tab Info untuk informasi tambahan saja, tab Diskusi untuk ulir diskusi, tab Photo dan Video untuk pengarsipan file foto dan video, dan acara tab untuk kursus dan kegiatan sekolah serta sebagai pengingat lainnya. Siswa didorong untuk mengomentari posting instruktur, memberikan kontribusi tulisan mereka sendiri di dinding grup, berbagi file video atau artikel dengan posting mereka di dinding, memberikan kontribusi pada diskusi di Tab Diskusi, atau membuat topik diskusi baru. Mahasiswa diberi kebebasan untuk menulis apa pun yang mereka rasakan adalah relevan dengan kursus.
Dengan struktur aslinya, instruktur menjabat sebagai administrator grup. Semua kelompok yang diatur untuk membuka, non administrator memiliki izin untuk menulis di dinding, pemberitahuan dinyalakan, link yang diaktifkan, dan semua fitur lain yang tersedia. Pada awal 2011, Facebook mengubah struktur Grup Facebook. Struktur baru menghilangkan semua tab dan hasilnya, semua partisipasi terjadi di dinding grup.
Sebuah kuesioner online yang dikembangkan dan didistribusikan dengan menggunakan alat Web based survei, Zoomerang. Itu dibagikan kepada siswa melalui undangan email yang dikirim langsung dari Zoomerang sistem menyusul penutupan masing-masing tiga istilah akademis termasuk dalam penelitian. Partisipasi dalam survei bersifat sukarela dan semua tanggapan yang anonim. Survei ini terdiri dari kombinasi pilihan Likert skala, beberapa dikotomis, dan pertanyaan skala peringkat. Data dikumpulkan dan dicatat dalam Zoomerang dan kemudian dianalisis berdasarkan deskriptif statistics dan distribusi frekuensi. Selain itu, serangkaian tabulasi silang dijalankan untuk menguji dampak gender dan jumlah waktu yang dihabiskan online terhadap opini mahasiswa.
Selain dengan mengisis kuesioner, analisis isi konseptual dan relasional juga dilakukan. Keaslian posting dari pada komentar pada posting yang dibuat oleh orang lain diperiksa dan disahkan baik oleh kehadiran semantik dan tema. Seperti hampir semua studi analisis isi, research adalah kualitatif dari pada kuantitatif, inferensial, dan tunduk pada tingkat tinggi instability. Akibatnya, data yang dihasilkan dari analisis konten harus dipandang sebagai perkiraan.
Penelitian ini menghasilkan Sebuah analisis isi yang non ilmiah dilakukan dan ditemukan bahwa pada awal setiap periode, terlepas dari kursus, mahasiswa mulai dengan mengomentari posting yang dibuat oleh instruktur. Sebagai semester bergerak maju mahasiswa semakin disukai untuk mengirim komentar asli, sehingga selama jangka setiap posting yang dibuat oleh mahasiswa ditemukan di dinding grup. Selain itu, mahasiswa ditemukan secara signifikan lebih mungkin untuk mengomentari posting yang dibuat oleh sesama mahasiswa mereka daripada mereka yang diposting oleh instruktur (sebenernya saya mengerti alasannya, karena kalo sering-sering komentar di postingan instruktur takut nilai di kurangin,, heheh *asumsi sendiri*).
Sekitar 10-12% dari semua tulisan yang ditemukan di dinding kelompok adalah pertanyaan yang berkaitan dengan ujian saja, tugas, atau proyek kelompok. 22% tambahan tulisan yang ditemukan di dinding yang pertanyaan yang menarik topikal yang ditimbulkan oleh siswa untuk kelompok yang lebih besar untuk komentar.
Beberapa siswa setiap istilah terus berkontribusi terhadap kelompok Facebook setelah akhir program sehingga dapat menemukan diri mereka berinteraksi dengan mahasiswa selama istilah berikutnya. Selain itu, beberapa kali sebuah ajakan yang tidak beralasan dibuat oleh orang yang bukan mahasiswa.
Emmm... sebenernya hasilnya masih panjang banget.. dari yang hasil si Zoomerang sama blackbroad, namuan karena katerbatasan waktu dan biaya mari kita bahas kesimpulannya saja. Seperti, secara garis besar hasil penelitian ini menunjukan layanan jejaring sosial telah ditunjukkan untuk mendorong pembelajaran sosial sementara melibatkan siswa secara kompleks dalam upaya komunikatif dan kreatif termasuk praktik keaksaraan baru. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal ini meneliti persepsi mahasiswa yang menyelesaikan kursus yang menggunakan Facebook sebagai alat pembelajaran dan menemukan bahwa peserta dianggap Facebook alat yang membantu memperkuat hubungan interpersonal, membangun komunitas belajar, dan melibatkan siswa. Penggunaan layanan jaringan sosial dalam pendidikan telah terbukti bermanfaat bagi pendidikan sejumlah cara dengan mendukung pembelajaran sosial, praktek pengajaran konstruktivis, instruksi otentik, mahasiswa terpusat belajar, dan akses permintaan untuk belajar. Dan seluruh hipotesis dapat peruji.


Jurnal 5 and Finallll
Costs and Benefits of Facebook for Undergraduate Students
Jurnal yang terakhir, sangat berhubungan dengan tiga jurnal sebelumnya. Biaya dan Manfaat Facebook bagi Mahasiswa Program Sarjana. Yah, tidak semua mahasiswa berasal dari kalangan atas. Terkadang mahasiswa harus mengupayakan segala cara agar mendapathasil yang maksimal. Misalnya menggunakan fasilitas yang termudah dan termurah. Dalam jurnal ini melihat sosok facebook sebagai malaikat bagi para mahasiswa dalam mengefisienkan biaya.
Dalam jurnal-jurnal sebelumnya menghasilkan  jaringan atau jejaring sosial Facebook bergunakan bagi mahasiswa di kampus, tetapi apakah itu berharga bagi mereka? Facebook adalah sumber informasi yang luas bagi siswa, menawarkan korespondensi antara mahasiswa, menyediakan file dan pertukaran informasi, dan memungkinkan kenalan baru di kampus. Di sisi lain, Facebook mencakup berbagai gangguan, seperti mengupload foto, melihat profil, video, dan foto dari teman-teman, chatting dengan teman, dan bermain, yang menyebabkan penundaan dan melukai proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Facebook pada proses belajar siswa di fakultas menuntut sarjana, seperti teknik. Secara khusus  penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya dan manfaat yang terkait dengan siswa penggunaan Facebook dan menyelidiki dampak dari perguruan tinggi.
                Kuesioner diisi oleh mahasiswa sarjana, dan halaman Facebook dari lembaga akademis diperiksa. Facebook ditemukan menjadi sangat penting di kalangan mahasiswa tahun pertama, manfaat penyerapan sosial mereka di kampus dan sumber-sumber belajar mereka, tetapi manfaat ini berkurang bagi siswa tahun senior. Namun, ditemukan bahwa kegiatan sosial di Facebook mengkonsumsi sejumlah besar waktu siswa, selama surfing dan bahkan setelah, sehingga berdampak negatif proses belajar mereka. Selain itu, sebagian besar halaman Facebook diperiksa yang dibuka atas prakarsa lembaga akademik kebanyakan tidak aktif, memberikan tidak ada manfaat bagi siswa dan tidak ada insentif untuk menggunakannya. Kata kunci dalam penelitian ini adalah  Facebook, jaringan sosial, belajar, biaya, manfaat.
Dalam pendahuluannya jurna ini menyatakan lembaga pendidikan dan mahasiswa menggunakan internet dalam jaringan sosial umum dan online dalam khusus mereka sebagai alat untuk menyampaikan informasi. Salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh banyak siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah Facebook. Dalam beberapa tahun terakhir, Facebook telah diadopsi secara ekstensif untuk tujuan pendidikan.
Latar belakang Facebook, merupakan jaringan sosial online awalnya dimulai oleh sekelompok mahasiswa di Harvard University dan kemudian diperluas di seluruh dunia, menjadi sosial terbesar jaringan di seluruh dunia (coba noton pilmnya... ada koc kisah lengkapnya). Saat ini, Ia memiliki lebih dari 845 juta pengguna aktif  pengguna yang mengakses website dalam 30 hari dan untuk siapa menggunakan Facebook telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.
Facebook memungkinkan orang untuk membuat profil yang terdiri dari informasi pribadi mereka. Pengguna Facebook terhubung ke pengguna lain, yang disebut "teman". Setiap pengguna memiliki sebuah "dinding" yang menunjukkan pengguna memasukan tanggal, komentar, foto, upload, dan banyak lagi. Pengguna dapat bertukar informasi dengan menggunakan "dinding" dengan mengirimkan pesan atau dengan menggunakan chat instan. Selain itu, pengguna dapat membuat online net-karya teman-teman dan bergabung dengan kelompok individu berbagi kepentingan bersama, kesamaan, atau tema tertentu (sepertinya tidak perlu di jelaskan pastinya sudah banyak yang lebih mengerti mengenai seluk beluk facabook). Dengan semua fitur ini, Facebook memungkinkan lembaga pendidikan dan mahasiswa untuk menciptakan sebuah platform pusat untuk berbagi media, mengkomunikasikan seputar isu-isu sosial dan akademik, dan menggambar kesadaran masyarakat tentang pelajaran.
Facebook dapat berguna bagi siswa dalam kehidupan sosial mereka serta untuk tujuan akademik, karena memungkinkan untuk kegiatan seperti mendapatkan bantuan atau berbagi catatan. Yah, sisi negatifnya dalam menggunakan Facebook diantaranya seperti buang-buang waktu, penundaan dan perubahan prioritas, buang-buang uang (karena biaya tambahan untuk berselancar), dan bahkan kecanduan. Tapi bagi saya sendiri tidak sebanding dengan manfaat yang di dapat dari facebook. Secara fisik mungkin ada beberapa kerugian tergantung dari kontrol diri dan cara menbggunakan facebook itu sendiri. Mungkin pendapat saya kurang objektif karena saya sendiri pengguna facebook yang aktif menulis status dan narsisme peng-upload poto.
Dalam penelitian ini menguji biaya yang dirasakan dan manfaat dari menggunakan Facebook oleh pasca sarjana atau mahasiswa di fakultas, seperti mahasiswa teknik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengungkapkan berbagai biaya dan manfaat yang siswa miliki dalam menggunakan Facebook. jurnal ini memuat tentang latar belakang studi sebelumnya di bidang ini, penyajian penelitian pertanyaan-pertanyaan, penjelasan metodologi yang digunakan untuk memeriksa pertanyaan-pertanyaan ini, pameran hasil, diskusi tentang pentingnya hasil, dan akhirnya kesimpulan dari penelitian.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya mengenai facebook difokuskan pada tema-tema seperti efek emosional, seperti kecemburuan dan harga diri, penyesuaian sosial, kecanduan, hubungan antara mahasiswa dan fakultas, adopsi teknologi media sosial dan penggunaan sehari-hari dari Facebook, dan kegiatan utama dari siswa di Facebook. Penerapan Facebook di kalangan siswa tumbuh sepanjang tahun. Hewitt dan Forte menemukan bahwa 79% dari siswa terhubung ke Facebook. Pada tahun 2007 penggunaan meningkat menjadi 94%, sesuai dengan hasil penelitian ini, 96% dari siswa yang menjawab kuesioner tersebut terhubung ke Facebook. Dari statistik ini, jelas bahwa dampak Facebook pada siswa telah meningkat, dan oleh karena itu menarik untuk menilai biaya dan manfaat yang terkait dengan penggunaan siswa Facebook.
Para pengguna waktu berinvestasi di Facebook terus meningkat. 94% dari mahasiswa diinterogasi dalam penelitian mereka memiliki akun Facebook dan digunakan pada waktu 10-30 menit sehari. Dalam survei mahasiswa yang mengaku menggunakan Facebook selama 30 menit sepanjang hari. Baru-baru ini di temukan bahwa mahasiswa menggunakan Facebook 60-120 menit sehari. Faktor-faktor kunci yang mempengaruhi waktu yang dihabiskan pengguna di Facebook dan menemukan bahwa ketika orang-orang menjadi lebih kecanduan Facebook mereka cenderung untuk tetap online lagi, terutama dalam rangka untuk berkomunikasi dengan pengguna lain. Sebuah studi baru telah menemukan bahwa pertumbuhan yang cepat dari jaringan sosial mempengaruhi semua tingkat populasi, tetapi dampak pada siswa adalah yang paling dramatis.  Berbagai studi tentang klaim penggunaan Facebook yang anak-anak dan mahasiswa sarjana menggunakan sebagian besar untuk tetap berhubungan dengan orang yang sudah dikenal dalam konteks kantor, bukan untuk menjalin koneksi baru. Meskipun mahasiswa menggunakan Facebook untuk tetap berhubungan dengan teman-teman yang ada, mereka spesifiknya bergabung dengan situs universitas Facebook untuk meningkatkan integrasi sosial mereka. Facebook dalam konteks penyesuaian sosial antara mahasiswa dan menemukan bahwa siswa di tahun pertama mereka di kampus memiliki hubungan emosional yang tinggi untuk Facebook. Mahasiswa yang menghabiskan lebih banyak waktu di Facebook dan juga dilaporkan memiliki teman lebih sedikit, dibandingkan dengan mahasiswa di tahun kedua atau lebih tinggi. Para penulis menyimpulkan bahwa sejumlah besar teman Facebook berpotensi menghambat adaptasi akademik, dan menghabiskan banyak waktu di Facebook yang berhubungan dengan harga diri yang rendah pada tahun pertama, tetapi perubahan bagi siswa senior. Gonzales dan Hancock  memperkuat klaim bahwa Facebook dapat memiliki pengaruh negatif atau positif terhadap harga diri, sesuai dengan bagaimana orang menyajikan dirinya dalam jaringan sosial digital. Ini diri presentasi selektif mempengaruhi pembentukan hubungan dan harga diri. Penelitian lainya difokuskan pada pengaruh rasa malu individu sementara menggunakan Facebook dan menemukan bahwa Facebook memberikan banyak kesempatan untuk interaksi sosial bagi orang-orang yang memiliki kesulitan bersosialisasi di dunia nyata.
Intinya pertanyaan dari jurna ini adalah Apa yang siswa anggap sebagai biaya dan manfaat menggunakan Facebook dan apa sumber yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan mereka di Facebook? Apakah ada perbedaan dalam penggunaan Facebook antara siswa yang berada dalam berbagai tahap proses pembelajaran? Apakah lembaga pendidikan tinggi mendorong siswa untuk menggunakan Facebook? Apakah penggunaan Facebook mempengaruhi nilai rata-rata siswa? Analisis ini dapat membantu untuk memahami jika Facebook cocok dengan kehidupan intens siswa tanpa merugikan mereka proses belajar dan jika penggunaan Facebook dapat meningkatkan prestasi akademis siswa.
Metode yang di gunaka dalam jurnal ini  berfokus pada siswa terdaftar dalam studi yang sangat menuntut dan sulit, yang tidak memiliki waktu luang, oleh karena itu keputusan itu untuk memeriksa mahasiswa sarjana di bidang teknik elektro faktor-ulties.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga langkah yang pertama, menyebarkan sebuah kuesioner. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara online, diproduksi menggunakan Google Docs dan didistribusikan di antara 103 mahasiswa teknik listrik di 4 lembaga pendidikan, agar dapat menerima persepsi mereka tentang penggunaan mereka dari Facebook dan efek itu pada mereka penelitian. Kuesioner didistribusikan melalui halaman Facebook dan kelompok departemen teknik listrik. Selain itu, dalam rangka mencapai siswa yang tidak memiliki akun Facebook, kuesioner tersebut didistribusikan melalui forum akademik internal, yang digunakan oleh departemen berbagai teknik dan melalui email juga.
Langkah kedua, Pemeriksaan halaman Facebook akademik. Halaman-halaman Facebook dari tujuh departments teknik di lembaga akademis yang berbeda ditinjau untuk memahami dampak dari lembaga-lembaga pendidikan pada penggunaan Facebook. Tujuannya adalah untuk menemukan jika lembaga akademis memanfaatkan salah satu alat yang paling umum digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk membangun dan mempertahankan kontak dengan para siswa dan memberikan aksesibilitas bagi akademis bahan. Pemeriksaan, yang terdiri penyelidikan setiap halaman itu sendiri dan posting terkait selama enam bulan.
Hasil yang di dapat, kuesioner diisi oleh 103 mahasiswa dari tujuh departemen teknik yang berbeda dalam empat institusi akademik. Hampir semua peserta (96%) memiliki akun Facebook, 88% membuka rekening mereka sebelum studi, dan 8% selama waktu renggang. Sebagian besar siswa melaporkan studi yang sangat sulit dan menuntut. Dalam rangka deklarasi ini, mereka ditanya tentang kegiatan sosial dan rekreasi. Secara spesifik mereka ditanya tentang jumlah kali dalam seminggu mereka mendedikasikan untuk bersantai, seperti pergi ke bioskop atau mengunjungi teman. Asumsi kami di sini adalah bahwa penelitian tidak meninggalkan cukup waktu untuk kegiatan ini.
Para siswa yang memiliki akun Facebook ditanya tentang kebiasaan mereka dalam menggunakan Facebook. Mereka diminta untuk memperkirakan rata-rata jumlah jam mereka mengaktifkan Facebook per hari dan tanggapan mahasiswa menunjukkan distribusi dari semua studi peserta serta perbedaan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa senior.
Siswa memiliki ponsel, ditanya apakah mereka menelusuri jaringan sosial dengan perang kat ini, 67% menjawab mereka lakukan. Selanjutnya, mereka ditanya tentang penggunaan Facebook untuk tujuan akademik. Rata-rata jumlah "jam Facebook" digunakan untuk kegiatan pembelajaran menunjukkan perbedaan besar antara tahun pertama dan siswa senior. Para mahasiswa diminta jika mereka menggunakan Facebook agar dapat menerima bantuan dengan bahan belajar dari teman mereka atau untuk mendapatkan bantuan sebelum ujian. Mereka juga ditanya apakah informasi pendidikan dan bahan yang tersedia di Facebook yang berkualitas baik dan relevant untuk studi mereka. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa yang memiliki akun Facebook tidak surfing sama sekali untuk tujuan akademik. Hanya 24% dari siswa berpikir bahwa informasi akademik yang dipublikasikan di Facebook adalah berkualitas tinggi, dan hanya 18% berpikir informasi ini sangat relevan. Selain itu, ditemukan bahwa hanya 25% dari siswa percaya bahwa Facebook membantu mereka secara signifikan dalam studi mereka.
Selain itu, mereka ditanya tentang dampak sosial dari Facebook dalam kehidupan akademis mereka menunjukkan distribusi dari persepsi siswa tentang perluasan lingkaran sosial mereka di universitas karena Facebook, dibagi kepada mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa senior. Sangat besar perbedaan yang dapat dilihat antara kedua populasi, di mana para siswa baru merasa lingkaran sosial mereka di kampus telah diperluas sebagai hasil dari menggunakan Facebook.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menyatakan, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara siswa melalui Facebook dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap proses pembelajaran mahasiswa teknik jika itu digunakan secara lebih intensif untuk tujuan akademik. Tapi sekarang, manfaat ini bukan merupakan bagian penting dari keberhasilan akademik mahasiswa, juga bukan merupakan sebuah platform untuk sukses karir maupun untuk tabungan les privat, tetapi memiliki potensi untuk menjadi itu.
Setelah itu penelitianb berlanjut mengenai biaya, dan di sangkutkan dengan penggunaan handphone dengan fasilitas facebook. Hasilnya Biaya Internet untuk menggunakan Facebook adalah baik untuk penggunaan pendidikan dan sosial, tetapi kita bisa melihat penggunaan sosial mempengaruhi satu pendidikan. Oleh karena itu, menarik untuk menemukan biaya yang dikeluarkan untuk infrastruktur. Biaya keuangan termasuk pembayaran untuk berselancar Facebook melalui komputer dan juga dari ponsel. Berdasarkan hasil penelitian ini, 52% dari siswa sudah memiliki perangkat mobile yang mendukung Facebook, tetapi hanya 33% menggunakannya. Hanya 4% dari siswa yang menggunakan Facebook di ponsel mereka memperkirakan mereka menghabiskan waktu yang signifikan di atasnya. Selain itu, hanya 7% dari siswa membayar untuk internet sesuai dengan waktu penggunaan, dan tidak satupun dari mereka percaya bahwa Facebook mempengaruhi internet mereka biaya. Hal ini dapat ditambahkan bahwa hanya 8% dari siswa yang membeli ponsel yang mendukung Facebook melihat sosial bersih pekerjaan sebagai alasan atau motivasi untuk pembelian. Perpanjangan penggunaan jaringan sosial dapat menyebabkan alasan ini tumbuh selama bertahun-tahun, karena dapat dilihat oleh% 57 jawaban positif bahwa ini akan menjadi alasan untuk membeli ponsel baru. Terlepas dari itu, ketika membeli telepon, pelanggan terkait dengan kontrak dengan perusahaan ponsel selama tiga tahun, sehingga sebagian besar siswa tidak memiliki pilihan untuk membeli ponsel baru dengan kemampuan ini. Oleh karena itu, untuk saat ini, Facebook tidak bisa dikaitkan dengan biaya pembelian ponsel, tapi ini bisa berubah. Dari poin yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa Facebook tidak meningkatkan biaya internet oleh banyak.
Biaya Internet untuk menggunakan Facebook adalah baik untuk penggunaan pendidikan dan sosial, tetapi kita bisa melihat penggunaan sosial mempengaruhi satu pendidikan. Oleh karena itu, menarik untuk menemukan biaya yang dikeluarkan untuk infrastruktur. Biaya keuangan termasuk pembayaran untuk berselancar Facebook melalui komputer dan juga dari ponsel. Berdasarkan hasil penelitian ini, 52% dari siswa sudah memiliki perangkat mobile yang mendukung Facebook, tetapi hanya 33% menggunakannya. Hanya 4% dari siswa yang menggunakan Facebook di ponsel mereka memperkirakan mereka menghabiskan waktu yang signifikan di atasnya. Selain itu, hanya 7% dari siswa membayar untuk internet sesuai dengan waktu penggunaan, dan tidak satupun dari mereka percaya bahwa Facebook mempengaruhi internet mereka biaya. Hal ini dapat ditambahkan bahwa hanya 8% dari siswa yang membeli ponsel yang mendukung Facebook melihat sosial bersih-pekerjaan sebagai alasan atau motivasi untuk pembelian. Perpanjangan penggunaan jaringan sosial dapat menyebabkan alasan ini tumbuh selama bertahun-tahun, karena dapat dilihat oleh% 57 jawaban positif bahwa ini akan menjadi alasan untuk membeli ponsel baru. Terlepas dari itu, ketika membeli telepon, pelanggan terkait dengan kontrak dengan perusahaan ponsel selama tiga tahun, sehingga sebagian besar siswa tidak memiliki pilihan untuk membeli ponsel baru dengan kemampuan ini. Oleh karena itu, untuk saat ini, Facebook tidak bisa dikaitkan dengan biaya pembelian ponsel, tapi ini bisa berubah. Dari poin yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa Facebook tidak meningkatkan biaya internet oleh banyak.
Sekian tugas kali ini... terima kasih terlah berpartisis pasi memebaca jurnal-jurnal yang panjang ini.

Minggu, 25 November 2012

Final SoftSkill Sistem Infomasi Psikologi Part 1



/hihi
Waktu sekolah, setiap hari siswa melewatkan waktu kurang lebih selama 6-7 jam, 8 pelajaran (masing-masing 45 menit) dan 30 menit untuk istirahat di sekolah. Saat kuliah dalam seminggu, mingkin mahasiswa (dalam Universitas tertentu) hanya mendapat 15-24 SKS (bisa di hitung 1 SKS = 1 jam) sehingga terkadang dalam seminggu mahasiswa hanya masuk 3-5hari saja.
Dari perbandingan waktu jadwal siswa dan mahasiswa memang berbeda, namun jangan kita lupakan mengenai tanggung jawab dan pelajaran yang didapat. Saat disekolah, siswa hanya bertanggung jawab mengerjakan tugas dan PR dari guru, ulangan serta ujian. Sepanjang hari pun siswa dapat dengan mudah bertanya pada guru dan berdiskusi. Kurikulum sudah disediakan dengan baik dan buku yang sudah difasilitasi untuk membantu kegitan belajar mengajar. Saat kuliah, tanggung jawab mahasiswa adalah diri sendiri, mahasiswa tidak mudah untuk menemui dosen saat bukan jam pelajaran, bahakan terkadang saat jam pelajaran pun dosen sulit ditemui (dosen yang tidak hadir/ bolos).
Mahasiswa di tuntut kreatif untuk mencari informasi, karena tanggung jawab mahasiswa bukan hanya mengerti materi namun juga tugas individu, tugas kelompok, quis, dan ujian. Mata kuliah dan pelajaran mahasiswa yang berat pun harus di tanggung oleh mahasiswa (itu sebabnya mahasiswa cenderung lebih cepat lapar).
/OMG
Salah satu cara mahasiswa untuk mendapat informasi guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (terutama dibidang pendidikan) adalah dengan memanfaatkan fasilitas teknologi. Bahkan di universitas tertentu teknologi menjadi sarana mengajar dan belajar yang sangat efesien.
Dalam tugas final soft skill kali ini, saya di minta untuk merangkun serta membahas 5 jurnal internasional yang berhubungan dengan sistem informasi dan psikologi. Sebenarnya, sudah saya jelaskan berulang-ulang kalau psikologi dan sistem informasi terutama artificial intelegence dan kognisis psikologi sangat berhubungan. Walaupun biasanya tingkahlaku, kebiasaan dan pemikiran mahasiswa di kedua jurusan ini sangat bertentangan.

Jurnal 1
Using eTechnologies for Active Learning
Jurnal selanjutnya akan membahas mengenai “Menggunakan eTechnologies untuk Belajar Aktif“. Tentunya ini dipakai oleh mahasiswa. Seperti prolog di atas, mahasiswa memang di tuntut untuk trampil aktif dan kreatif untuk mendapat hasil maksimal dalam belajarnya. Mata kuliah dan pelajaran mahasiswa yang cukup berat membuat serta sulitnya mendapat informasi maka mendesak mahasiswa melakukan segala cara untuk mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan, karena itu untuk belajar aktif di butuhkan teknologi tang tepat.
ETechnologies. Bila kita cari di kamus maka tidak akan menemukan definisi ini. yang di maksud etechnologies adalah elektronik tegnologi (sok tau). Emm mugkin yang di maksud di sini adalah prakat elektronok untuk membantu tugas mahasiswa. Kira-kira apa yang sangat membantu mahasiswa? google. Yap. Ini hal yang di bahas di jurnal ini. penggunaan teknologi untuk belajar aktif. Google bukan hanya dapat di gunakan untuk men download game, lagu, film dan gambar, namun lebih dari itu. Google menyimpan lebih dari seratus juta informasi, lebih dari satu milyar sandi, lebih dari satu triliun rahasia umat manusia (looh). ETechnologies dapat dikatakan hal yang postif jika kita memanfaatkannya untuk mencari keperluan yang positif, misalnya informasi, berita, buku, jurbnal dan lainnya. Dikatakan negatif mungkin jika kita menggunakannya untuk hal negatif seperi menipu, dan membuahkan hasil menjadi malas atau bahkan hanya untuk bersenang-senang.
Jika kita bedah, “Menggunakan eTechnologies untuk Belajar Aktif“ berarti tindakan yang di dasarkan atas kebutuhan internal individu atau kegiatan yang dapat membuat belajar aktif. Tindakan adalah menggunakan eTechnologies, dan kebutuhan adalah belajar aktif. Maka kata kunci dalam jurnal ini : eTechnologies, pembelajaran aktif, keterlibatan, perguruan tinggi.
Pada dasarnya jurnal ini sangat menarik, karena jika kita lihat dari tahun pembuatannya (2011) maka tidak sulit bagi kita untuk membuktikan kebenaran jurnal ini. Selain situasi yang cocok dengan kondisi sekarang, topik jurnal ini sangat cocok untuk mahasiswa.
Jurnal Using eTechnologies for Active Learning Jo Coldwell, di teliti oleh Annemieke Craig dan Annegret Goold Deakin University, Australia. Sehingga latar belakang penelitian ini adalah pendidikan yang berkembang pesat di Australia. Perkembangan pendidikan ini, menciptakan terget-terget bagi perkembangan pendidikannya. Misalnya saja pada tahun 2008 review sektor pendidikan tinggi menetapkan target baru: persentase 25 sampai 34 tahun menyelesaikan gelar sarjana meningkat dari 29% menjadi 40% pada tahun 2020 dan 20% dari mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi untuk menjadi siswa dari rendah latar belakang sosial ekonomi. Target-terget mereka mencerminkan pandangan bahwa "jangkauan, kualitas dan kinerja dari sistem perguruan tinggi suatu negara akan menjadi penentu utama kemajuan ekonomi dan sosial". Melihat gencarnya dan tekanan di bidang pendidikan ini, maka segala macam upya dilakukan. Dari sistem pengajaran tradisional samapai moderen mereka terapkan untuk mencapai target-target tersebut (mungkin ini sebabnya banyak orang yang lebih senang kuliah di Australia).
Dalam jurnal ini yang paling di tekankan adalah penggunaan teknologi medern untuk mahasiswa. Yang menjadi pertimbangan adalah tanggapan mahasiswa pada cara belajar modern ini. meskipun kebanyakan mahasiswa tidak asing lagi dengan teknologi namun pastinya ada beberapa mahasiswa yang tidak memiliki akses teknologi dan sementara yang lain tidak tertarik pada teknologi atau fungsi dari teknologi itu sendiri. Jurnal ini menggambarkan sebuah studi universitas di Australia yang menggunakan eTechnologies dalam pengajaran mereka dan membahas persepsi mereka tentang bagaimana teknologi ini membantu mahasiswa untuk belajar. Apakah cara belajar ini dapat menjadi cara belajar yang efektif dan aktif.
Lalu sebenarnya apa itu belajar aktif? Belajar aktif yang di maksud adalah belajar yang memerlukan keaktif atau keterlibatan pikiran dan menyebutnya sebagai suatu yang kooperatif dan kolaboratif pembelajaran, penemuan pembelajaran, pengalaman belajar, pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan berbasis belajar. Berdasarkan teori pendidikan dan akal sehat, pembelajaran aktif harus mengarah pada hasil belajar seperti penyerapan dan penyimpanan informasi dan keterampilan. Keterlibatan mahasiswa merupakan proses dan produk yang dialami pada kontinum dan hasil dari interaksi sinergis antara motivasi dan pembelajaran aktif.
Dengan kata lain belajar aktif tidak hanya belajar mendengarkan bacotan dosen *upps*, duduk manis di kelas kemudian pulang dan mengerjakan PR, namun yang namanya belajar aktif itu mahasiswa harus bisa berbicara tentang apa yang mereka pelajari, menulis tentang semua yang mereka ketahui, mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu atau teori yang sudah ada dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Study mengenai pengaruh teknologi pada pembelajaran siswa atau mahasiswa pun sudah banyak, sehingga jurnal ini hanya menggembangkan lagi penelitian yang sudah ada (yah syarat jurnal yang baik harus menghargai penelitian sebelumnya). Beberpa jenis perangkat lunak yang menjadi fokus penelitian lain misalnya, Keterlibatan Mahasiswa (AUSSE), di bawah naungan Dewan Riset Australia Pendidikan (ACER). AUSSE ini pertama kali digunakan pada tahun 2007, Survei mengukur enam bidang, termasuk keterlibatan siswa belajar aktif. Ini mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai "sejauh mana siswa terlibat dalam pengalaman yang melibatkan secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman baru". Jenis-jenis kegiatan yang diukur dalam skala Pembelajaran Aktif semuanya melibatkan aktivitas fisik. Pada akhirnya hasil penelitian sebelumnya ini adalah menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran aktif terus meningkat sebagai siswa dewasa, dengan siswa pada akhir tahun lebih aktif terlibat daripada rekan-rekan mereka tahun pertama.
Dalam jurnal ini peneliti melihat etegnologi dari beberapa aspek. Peneliti memfokuskan penelitiannya pada cara mengajar online yang di lakukan para dosen di lima universitas. Tanpa kehadiran mahasiswa secara fisik dalam kelas dunia maya ini. Tahap pertama dari proyek ini adalah profil luas alat yang digunakan dalam mengajar online sebagai literatur saat ini.  Tahap kedua penelitian ini, fakultas dari Universitas Deakin (tempat di lakukannya penelitian) dengan keahlian dalam mengajar dengan eTechnology tertentu diidentifikasi dan diwawancarai. Fakultas yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Belajar mengajar cara ini berlangsung sekitar 30 menit dengan dilakukan tatap muka dan audio-direkam. Para kaset audio kemudian ditranskrip dan tanggapan yang relevan dikumpulkan. Setelah itu di adakan wawancara, pertanyaan dalam wawancara guna mencari informasi tentang demografi mahasiswa dalam kursus, bagaimana eTechnology itu digunakan dalam konteks pengajaran, bagaimana mahasiswa menggunakan eTechnology, dan apa yang mereka rasakan sebagai manfaat dan tantangan dari menggunakan teknologi tersebut.
Kemudian peneliti mengumumkan hasilnya, hasil terbagi menjadi 12 aspek atau fakultas dan menunjukkan bahwa pembelajaran aktif adalah yang didukung oleh penggunaan eTechnology tersebut. Lima dari sembilan fakultas menunjukkan bahwa prinsip ini adalah yang paling penting.
Aspek-aspek tersebut terangkum dalam satu tabel :
Tabel 1: Fakultas Ilmu peringkat eTechnologies dengan prinsip praktik yang baik
eTechnology Kategori
Alat eTechnology
Aplikasi dan Konteks
Penilaian dan Alat-Alat Survey
Quis
01 online Kuis Sains
Penilaian rekan
# 02 Sebaya Kelompok Arsitektur Penilaian
Podcasts, Vocasts and Streaming
Podcasts/ Vodcasts
# 03 Hubungan Praktek Profesional Masyarakat
Maya Dunia
Roleplay online
# 04 Video Skenario Keperawatan
ESimulations
# 05 Esimulations Sistem Informasi
Synchronous Communication
ELive
# 06 Mahasiswa Psikologi peran bermain
# 07 online kelas Properti & Manajemen
Pencarian  Documents
Google Docs
# 08 Tim Pemasaran kolaborasi
Wiki
Wiki
# 09 Tim Arsitektur kolaborasi
# 10 Tim kolaborasi Akuntansi & Keuangan
Photosharing
Gallery 2
# 11 Kolaborasi rekan Arts Eksternal
Social Networking
Facebook
# 12 Transisi & Hukum Dukungan

Tiga alat eTechnology yang tidak menerima rating pembelajaran aktif meliputi kuis online digunakan secara luas dalam pengajaran kimia untuk sekitar 800 mahasiswa, alat online penilaian untuk mengevaluasi kontribusi rekan dalam proyek tim desain dalam Arsitektur untuk sekitar 50 mahasiswa, dan perangkat lunak yang memungkinkan Gallery Seni siswa untuk melakukan kolaborasi dan berbagi foto dengan rekan-rekan di lembaga-lembaga eksternal.
/blur /blur /blur
Jenis-jenie eTegnologi yang di ujikan adalah :
·  Aktif Belajar melalui Podcast dan Vodcasts
Podcast adalah file audio atau video yang dapat didownload ke komputer atau perangkat hendphone dari memainkan file MP3 atau MP4. Sebuah podcast video (vodcast) mengacu pada pengiriman melalui media online. (woooww.. seru kan.. bisa mendengarkan suara dosen yang merdu berulang-ulang)
·  The MediaPod
MediaPod merupakan sebuah website khusus yang disampaikan kepada mahasiswa (model veclass di Gun------ *ups*). Podcast dan vodcasts digunakan dalam hubungannya dengan blogging di MediaPod untuk memberikan mahasiswa pemahaman yang lebih dalam. Tugas dan informasi ada di satu web. Yah kelemahannya adalah bisa saja yang mengerjakan tugas tersebut adalah mahasiswa lain, karena dosen tidak dapat memastikan secara langsung siapa yang mengerjakan tugas tersebut. yah.. walau gaya belajar mahasiswa australi berbeda (banget) dengan orang Indonesia.
·  Aktif Belajar melalui Virtual Worlds
Sebuah dunia maya adalah lingkungan simulasi di mana pengguna dapat berinteraksi secara individu atau dengan orang lain untuk menggunakan dan membuat objek. Dunia maya termasuk multi-user lingkungan virtual dan eSimulations dan memberikan kesempatan untuk interaktivitas dengan simulasi itu sendiri atau dengan pengguna lain dalam lingkungan.
·  Klinik Bersalin Virtual (# 04)
Klinik Bersalin Virtual adalah serangkaian video di mana empat pelaku (ibu hamil) berperan kunjungan mereka ke klinik bersalin. Video yang berdurasi sekitar 35 menit dan tersedia secara online. Sebuah avatar bidan merangkum poin-poin penting dan ada kegiatan bagi siswa untuk com-plete yang berkaitan dengan masing-masing video. Video yang dirancang untuk menghubungkan teori dan praktek dan dirancang untuk siswa dukungan, terutama mereka yang belajar di luar kampus. Fakultas merancang Klinik Bersalin Virtual untuk melengkapi pengalaman kehidupan nyata dan untuk memberikan kesempatan belajar otentik.
Walau keuntungannya tidak ada keterlibatan langsung dan permainan peran namun lebih baik untuk hal gawat seperti melahirkan lipelajari secara manual...  karena saat melahirkan butuh bidan atau tenanga yang ahli secara manual. Kalo melahirkan saja di buat robot atau tegnologi membantu melahirkan maka percuma orang-orang yang mengambil jurusan kebidanan.
·         Sebuah eSimulation dalam konteks bisnis
ESimulation Sebuah digunakan dalam pengajaran sistem informasi untuk kohort sangat besar dari mahasiswa tahun pertama bisnis, sekitar 3000 per tahun. Siswa bekerja pada spreadsheet rinci menetapkan-ment mana eSimulation yang disediakan konteks dan kasus bisnis (rantai toko fashion) dan memberikan bantuan online untuk membimbing siswa untuk solusi. Simulasi asli melibatkan aktor manusia tetapi simulasi sekarang memiliki avatar atau karakter virtual dan suara-suara yang syn-Thetic yang memungkinkan untuk diperbaharui dan dimodifikasi lebih mudah untuk kohort yang berbeda dari siswa.
o   Aktif Belajar melalui Komunikasi Synchronous
Komunikasi sinkron memiliki banyak bentuk dan teknologi yang didukung terdekat komunikasi-kation mode untuk tatap muka komunikasi. Hal ini dapat berupa teks atau audio berbasis dan dapat termasuk video, multimedia, dokumen, dan berbagi desktop dan difasilitasi melalui chat room, instant messag-ing dan video-conferencing.
o   Elive untuk konseling dan pembinaan (# 06)
Tujuan dari sesi Elive adalah untuk memberikan siswa dengan kesempatan untuk bermain peran skenario-skenario berbeda ios menggunakan pembinaan / penyuluhan model. Siswa bertindak sebagai klien atau sebagai konselor / pelatih dan menggunakan proses yang berbeda untuk mengambil klien dari perilaku yang negatif mempengaruhi kehidupan mereka dan memindahkan mereka maju ke keadaan yang lebih positif dari pikiran. Umumnya sesi melibatkan sekitar delapan mahasiswa dengan fakultas memfasilitasi sesi. Fakultas melihat ini sebagai Men-tion di sini dibuat dari pembelajaran aktif dalam konteks mendorong siswa yang predomi-nantly pemalu dan tidak blak-blakan "manfaat besar terutama untuk siswa yang terisolasi dan membutuhkan kontak dengan tutor atau dosen.". Teknologi ini memberi mereka kemampuan untuk berkontribusi dan untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, perasaan intimidasi karena harus berbicara di ruang kelas.
o   Elive untuk kelas pengajaran properti dan manajemen
Elive digunakan sebagai modus pengiriman dalam pengajaran dua program pengembangan properti. Face-to-face kuliah dan tutorial dijalankan dalam tujuh minggu pada trimester minggu 12, dengan pengiriman online melalui ceramah Elive dan self-paced tutorial untuk lima minggu lainnya. Dimasa yang akan datang visual akan lebih banyak pertanyaan dan teknik pemungutan suara dan mahasiswa sering mendiskusikan masalah dalam kelompok di kamar pelarian terpisah (dunia maya).
·         Aktif Belajar melalui Shared Documents
Ada beberapa aplikasi yang memungkinkan, mengedit menyimpan, dan meninjau dokumen di ruang virtual. Hal ini dapat dilakukan bersama-sama oleh beberapa individu, baik secara real time atau asynchronous. Aplikasi ini melampaui hanya beredar dokumen untuk mereka yang terlibat karena ada hanya satu versi yang diselenggarakan pada server pusat. Ini adalah copy yang dapat diedit membuat untuk kontrol versi jauh lebih mudah.
o   Google Docs untuk memfasilitasi kerja sama tim dalam pemasaran
Sekitar 750 siswa mempelajari kursus dalam manajemen pemasaran yang disampaikan sepenuhnya online tanpa tatap muka kelas. Fakultas yang terlibat dengan program ini mendorong siswa untuk menggunakan Google Docs untuk menyelesaikan tugas tim kerja. Google hanya salah satu alat yang memungkinkan orang untuk bekerja sama seperti yang mereka lakukan dalam kehidupan nyata untuk melakukan itu saat mereka sedang belajar.
·         Aktif Belajar melalui wiki
Wiki adalah kumpulan halaman web diedit yang dirancang dan dibangun secara kolaboratif oleh sejumlah pengguna. Konten dapat dibuat, diedit dan dihapus setiap saat dan dari mana saja. Pages (halaman  dalam wiki dapat link ke halaman web lain dan di-link dari situs web lain.
o   Tim kolaborasi dalam arsitektur
Wiki digunakan dalam Gedung dan Lingkungan Hidup program Studi untuk sekitar 170 mahasiswa mempelajari arsitektur dan manajemen konstruksi. Tim dari lima siswa menyelesaikan laporan kolaboratif menggunakan wiki. Fakultas sini melaporkan fakta bahwa kursus telah menjadi sangat bersemangat dan bahwa kualitas kerja telah meningkat secara signifikan sejak wiki diperkenalkan.
o   Tim kolaborasi dalam bidang akuntansi dan keuangan
Wiki diperkenalkan ke kursus ekonomi dalam upaya untuk melibatkan 150 atau lebih siswa yang sedang belajar di luar kampus. Di luar kampus mahasiswa berkumpul secara online dan membahas skenario kehidupan nyata ekonomi (pasal) dan bekerja keluar respon sebagai bagian dari Wiki. Sedangkan pada siswa kampus memiliki kelas tutorial tatap muka di mana mereka bekerja dalam kelompok dan memberikan presentasi pada artikel yang sama.
·         Aktif Belajar melalui Jaringan Sosial
Jejaring sosial menciptakan komunitas online di mana orang berbagi minat dan aktivitas. Pengguna dapat memilih bagaimana mereka "dilihat" oleh komunitas ini dengan membuat profil untuk diri mereka sendiri dan dapat memilih informasi apa yang mereka ingin berbagi.
o   Transisi dari tahun pertama mahasiswa hukum melalui Facebook
Ketua Unit Kursus Hukum tahun pertama pengantar diperkenalkan Facebook sebagai alat opsional bagi siswa untuk berkomunikasi. Awalnya ini hanya beberapa siswa yang ingin mengobrol tentang hal-hal tetapi mereka juga mulai membahas konsep dari kelas. Akhirnya Facebook digunakan oleh 170 dari 220 mahasiswa yang belajar kursus. FB juga merupakan media penting bagi siswa yang terlalu malu untuk berbicara dalam kuliah dan formal face-to-face kelas.

Terlihat sekali media online dan dunia maya sangat berperan besar bagi pendidikan di australia. Namun sebagian survei mengatakan eTegknologi akan menjadi pembelajaran yang aktif bila terdapat umpan balik atau dua komunikasi. Dimana mahasiswa dapat merepon, mengerjakan tugas serta berdiskusi melalui media online. Dapat di simpulkan, media online atau dunia maya memang dapat membuat mahasiswa belajar lebih aktif namun teknologi online ini tetap perlu di kembangkan lagi agak lebih efektif dan bermanfaat lebih.

Jurnal 2
Empowering Power Point: Slides and Teaching Effectiveness
Maksub saya memilih jurnal ini adalah agar kita beristirahat sejenak dari dunia per-online-an. Bagi saya Power Point adalah salah satu keunggulan SMA saya. Yang saya ingat setiap pekan pasti ada saja Power Point yang kita buat untuk bahan presentasi. Ya. SMA saya terutama pelajaran sejarah, melatih siswanya untuk melakukan presentasi. Yah, saya bisa melihat sendiri perbedaanya saat kuliah, rata-rata mahasiwa tidak fasih menggunakan Power Point dan ada sebagian yang baru belajar menggunakannya.
/nobigdeal
Di universitas tempat saya bernaung, Power Point bukanlah hal yang tabu untuk mengajar. Bahkan setiap kelas di fasilitasi OHP untuk membantu dosen mengajari para mahasiswa. Tolong jangan bandingkan sistem belajar kampus saya dengan sistem belajar di Austraia tadi ya... karena sangat jauh berbeda, walaupun katanya Universitas saya udah internesional.
/flor
Selain dosen yang dituntut mengajar manggunakan fasilitas ini, mahasiswa pun dituntut (oleh dosen) untuk melakukan presentasi, dan tidak sedikit dosen yang mengharuskan menggunakan slide Power Point (terutama mata kuliah psikologi kognitif, yang akhirnya presentasi tidak jadi dilakukan). Terkadang dosen kehabisan emosi saat melihat slide yang dibuat para mahasiswa (jelas sangat jauh berbeda dengan slide yang dibuat oleh para dosen). Ada beberapa waktu ketika beberpa dosen menegaskan dalam slide Power Point hanya rangkuman atau kata kunci saja yang di masukan, bukan keseluruhan dari makalah, dan dosen selalu menekankan untuk membuat slide yang semenbarik mungkin.
Bukan hanya niat dan cara mengajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar namun dalam jurnal atau penelitian ini mempertimbangkan aspek lain seperti penggunaan teknologi atau aplikasi Power Point. Jurnal ini menghubungkan bagaimana respon subjek terhadap stimulus yang merupakan teknologi baru. Apa lagi power point.. bukan hanya Power Point namun teknologi selalu berkembang. Seperti windows yang sekarang meluncurkan versi terbarunya (sekarang katanya ada windows 2012), dan apikasi di dalamnya juga terus berkembang dan perkembangan Power Point termasuk didalamnya.
Sedikit bercerita, dalam menggunakan teknologi baru terkadang kita membutuhkan penyesuaian. Misalnya dulu saya belajar menggunaka powerpoin menggunakan microsotf office 2003 dan saya sudah nyaman dan hafat dengan aplikasi ini. Saat microsoft office berkembang menjadi 2007, saya dituntuk untuk mengikuti perkembangan ini. Saya membandingkan hasil slide saya yang dulu dan sekarang jauh berbeda. Dulu saya menggunakan banyak baground yang berbeda di setiap slide karena bagitu mudah mengganti seatiap bagroundnya, namun sekarang saya sering menggunakan satu tema backgound untuk setiap slide saya, yaitu Oriel (sangat simple dan rapih). Terkadang saya merasa bosan dengan tema tersebut, namun disaat ingin mengganti saya tidak menemukan tema lain yang lebih baik. Dapat di simpulkan, walau apikasi di rancang menjadi lebih baik atau moderen namun terkadang memiliki kelemahan-kelemahan. Hal ini bisa juga di pengaruhi oeh banyak faktor, seperti pola pikir yang berubah atau kebiasaan.
Jurnal ini terbit tahun 2011, dan di teliti oleh Sabra Brock Touro dan Yogini Joglekar.  Kata kunci yang di gunakan dalam jurnal atau ini adalah Power Point, slide, bisnis pendidikan, gaya pengajaran, pendidikan, keterampilan presentasi, presentasi multimedia. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan ekonomi fakultas bisnis. Meneliti data dari 26 negara untuk mengusulkan hubungan erat antara indikator otoritas dan pemberdayaan mahasiswa.
  Dalam datanya penggunak program biasanya memasok ringkasan  20 sampai 50 slide untuk menemani setiap bab dari buku teks mereka. Slide ini biasanya memiliki tingkat produksi yang tinggi, termasuk animasi dan link ke situs web. Siswa juga membuat kelas presen-sultasi, seringkali sangat bergantung pada slide Power Point. Tabel, grafik, klip film dan humor pada Power Point dapat menjadi variasi materi yang disampaikan dosen atau pengajar. Disain slide Power Point juga di pengaruhi dengan acra mengajar. Misaknya saja dosen yang gaol *upps* dosen yang fun dan menyenangkan biasanya memasukan lebih banyak gambar atau tema yang menarik, di banding dengan dosen yang kaku. Malah terkadang dosen yang kaku tidak menggunakan Power Point melainkan word untuk menyampaikan materinya, sekali lagi tergentung cara mengajar dosen.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan kemungkinan penggunaan slide Power Point dan efektivitas pengajaran, dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut seperti Apa hubungan, antara gaya mengajar dan penggunaan Slides Power Point di kelas manajemen informasi?, apakah jumlah slide yang digunakan per jam mempengaruhi efektivitas mengajar? apa ada pengaruh slide, jumlah kata-kata dan poin-poin per slide dengan kontributor efektivitas mengajar?  Pengaruh penggunaan gambar, foto, dan animasi dalam slide berkontribusi terhadap efektivitas pengajaran-saing? sambungan dalam slide untuk sebuah website yang menyediakan informasi dari internet sering digunakan dan, jika demikian, bagaimana hal itu berdampak efektifitas pengajaran? Dan perubahan apa yang telah terjadi dalam penggunaan slide Power Point dari waktu ke waktu dalam mengajar manajemen informasi? Sepertinya memanbg cukup banyak aspek yang ingin di ungkap oleh si peneliti ini
Penelitian ini cukup penting, untuk mengetahui seberapa besar peran cara mengajar dosen yang efektif dan tidak efektif dilihat dari sudut pandang menyajian informasi pada slide Power Point. Ah, coba kita definisikan dulu. Power Point itu adalah salah satu aplikasi microsoft office untuk melakukan presentasi mengunakan slide atau bagian-bagian.  Pada penelitian sebelumnya pula telah terbukti bahwa penggunaan Power Point meningkatkan kehadiran kuliah, sehingga membuat kasus yang paling menarik untuk mengadopsi Power Point di kelas. Secara khusus, penetilian tersebut menunjukkan bahwa persepsi baru melalui penggunaan Power Point memiliki korelasi positif dengan sikap kelas konstruktif.
Penggunaan Power Point ini tidak selamanya mendapat tanggapan positif (biasa lah pasti ada pro dan kontra), ada beberapa peneliti lain yang menelmukan efek negatif dari peggunaan powerpiont. Seperti efek ketergantunbgan atau kehilangan informasi, namun penelitian-penelitian itu tidak berpengaruh pada tingkat penggunaan Power Point.

Beberapa hasil penelitian terangkum dalam tabel dan grafik dalam jurnal tersebut misalnya rata-rata jumlah slide yang digunakan per 90 menit sesi adalah 22,7 dengan rata-rata 27,8 kata per slide, terbagi atas 5,6 poin-poin. Kemudian dilaporkan perubahan slide dari waktu ke waktu, sebagian besar dengan menambahkan unsur-unsur grafis seperti gambar. Beberapa juga termasuk alamat web, grafik, suara, animasi, pertanyaan diskusi, dan latihan. Pengujian statistik digunakan untuk mengukur perbedaan-perbedaan dalam penggunaan instruktur Power Point dan hubungannya dengan gaya mengajar. Chi-square tes digunakan untuk menilai signifikansi. Pola yang muncul dalam menjawab pertanyaan penelitian pertama, apa hubungan, jika ada, gaya mengajar dan penggunaan Slides Power Point di kelas manajemen informasi? Menghasilkan p = < 10.


Di laporkan jumlah slide yang digunakan ternyat tidak mempengaruhi efektivitas mengajar, namun kepadatan tekstual rendah tampaknya berhubungan dengan umpan balik siswa lebih positif. Instruktur dengan ajaran tertinggi keefektifan komentar dan satu dengan nomor yang paling negatif, namun instruktur nilai yang lebih tinggi jika rata-rata 20 kata per slide, sedangkan instruktur relatif rendah digunakan peluru 5-7 dan 25-70 kata per slide. Keduanya banyak digunakan bentuk penambahan grafis (gambar, foto, grafik, suara, grafis, dan ilustrasi).
Hasi dari tanggapan mahasiswa itu sendiri adalajh 5,7% mahasiswa dari 17 bagian informasi manajemen berkomentar spesifik pada slide Power Point dalam wawancara diluar. Mahasiswa  mengumpan balik positif pada slide dari wawancara keluar, sebesar 3,7% dari umpan balik mahasiswa, adalah slide yang "bagus" atau komentar yang positif dan komentar negatif berkisar 2% dari umpan balik mahasiswa. instruktur memberitahukan bahwa nilai slide Power Point termasuk peningkatan belajar ketika elemen-elemen visual yang digunakan, poin ilustrasi khusus ringkas dan struktur divisualisasikan. Tema lain adalah kegunaan salinan slide dalam mendistribusikan catatan, terutama mereka dengan link. Lebih dari setengah instruktur mengatakan mereka menyaksikan keterlibatan siswa dengan slide dan mengambil tindakan ketika energi turun: menambahkan tim atau latihan individu, posting pertanyaan dan slide topik diskusi, dan bahkan melompati slide kurang relevan untuk mengurangi jumlah.
Kesimpulan dari hasil studi ini, menunjukkan bahwa penggunaan perangkat lunak presentasi seperti Power Point bervariasi tergantung pada gaya pengajaran instruktur atau pengajar, dalam hal ini seperti dosen. Hubungan antara jumlah Power Point salindia digunakan di kelas dan efektivitas pengajaran dirasakan tidak terbukti sangat kuat, lebih kepada karakter dan penggunaan slide adalah fokus utama dalam umpan balik mahasiswa. Aturan disarankan praktis adalah poin-poin tidak lebih dari tiga atau 20 kata per slide. Mengembangkan slide lebih visual adalah penting seperti yang menggunakan Power Point untuk argumen struktur dan mengembangkan konsep-konsep yang tidak dapat dengan mudah ditangkap dalam kata-kata.
Instruktur dengan "Expert" dan "Fasilitator" gaya dalam model Grasha-Riechman (sesuai dalam teori yang digunakan atau di pakai dalam jurnal ini) itu yang paling mungkin untuk menggunakan berbagai visual untuk melengkapi slide tekstual dibandingkan dengan instruktur dengan gaya lain. Temuan ini akan mendukung variasi dalam penggunaan alat bantu audio visual dalam penelitian tentang Grasha-Riechman gaya mengajar.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kepadatan rendah tekstual dalam slide dan menambahkan non tekstual unsur berdua muncul untuk merangsang umpan balik siswa yang positif. Temuan ini mungkin membantu dalam memahami mengapa Power Point slide kadang-kadang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan lain kali menguranginya. Slide yang sangat teks padat mungkin tidak menambah efektivitas mengajar. Selanjutnya tidak disebutkan spesifik kebaruan visual penting untuk keterlibatan mahasiswa.
Asosiasi positif yang kuat di sekitar kualitas visual atau penglihatan dari slide Power Point mendukung reporting perubahan karakter yang pindah dari teks slide. Menariknya, penambahan link Situs yang dihasilkan tidak ada laporan keterlibatan meningkat atau efektivitas mengajar. Instruktur tampaknya menggunakan slide Power Point untuk berkomunikasi poin belajar dan memberikan mondar-mandir untuk waktu kelas. Mereka mengakui bahwa belajar visual dapat melengkapi kata yang diucapkan dan meningkatkan retensi siswa. Informasi padat dan kompleks ide seringkali dapat menjadi lebih baik dalam komunikasi dengan perangkat lunak presentasi, sedangkan praktek presentasi pemodelan terbaik di kelas dan di tempat kerja. Instruktur yang efektif memantau keterlibatan dalam kelas mereka dan menggunakan slide ke stimu akhir diskusi. Ketika keterlibatan kehilangan momentum mereka siap untuk mengurangi jumlah slide yang digunakan. Singkatnya, popularitas slide Power Point dalam pengelolaan pengajaran informasi juga dapat dilipatan mengajar efektivitas dan slide tidak digunakan semata-mata karena ketersediaan mereka dari mempublikasikan.
Kelemahan atau Keterbatasan dalam penentuan adalah mahasiswa dalam satu lembaga bisnis di kota Northeastern utama di Amerika Serikat. Sekolah ini menarik mahasiswa terutama dari Inggris. Oleh karena itu, hasil pengujian dapat digeneralisasi hanya untuk konteks yang serupa. Aspek longitudinal studi ini didasarkan pada kelas yang sama berturut-turut mahasiswa dan bukan pada mahasiswa yang sama. Dengan kata lain hasilnya belum tentu menunjukan kondisi sebenarnya pada fakultas atau mahasiswa atau kelas yang lain dalam jurusan yang sama.
Dalam jurna ini terdapat rekomendasi untuk Praktisi yaitu cara Power Point yang digunakan tampaknya lebih penting untuk belajar siswa dibandingkan jumlah slide yang digunakan. Kisaran jumlah slide yang digunakan (satu sampai lebih dari 30 per jam) menunjukkan bahwa geser sebanyak satu setiap dua menit bisa menjadi bagian dari pengajaran yang efektif. Namun, pada praktiknya manghasilkan nilai positif jika menggunakan tidak lebih dari tiga poin peluru atau 20 kata per slide, menambahkan elemen visual untuk teks slide, meliputi merencanakan seperti pertanyaan dan topik diskusi dalam slide, dan ketika siswa menurun keterlibatan, memotong non-esensial slide. Pedoman ini mungkin berguna untuk presentasi instruktur tidak hanya informasi tetapi juga untuk siswa belajar metode yang paling efektif untuk menyajikan informasi.
Dalam jurna ini di sebutkan mengenai rekomendasi untuk Penelitian Masa Depan seperti pertama, penelitian ini adalah eksplorasi dan ukuran sampel kecil. Pengulangan menggunakan ukuran sampel yang lebih besar adalah langkah berikutnya yang jelas. Ada juga kemungkinan bahwa harapan untuk format kelas bervariasi lintas budaya. Bahkan dalam studi skala kecil, ada beberapa indikasi bahwa sebagian besar siswa British diharapkan instruktur Amerika untuk memberikan keterlibatan luar slide seperti yang mereka alami di rumah-negara sekolah. Dengan demikian, penelitian lintas budaya dapat memperluas implikasi dari temuan. Yang ke dua, memberdayakan Power Point. Jenis dan topik informasi yang tertutup kunci manajemen tetapi membuat usaha sedikit atau tidak ada untuk menyediakan mendalam instruksi pada satu topik. Penelitian di masa depan juga dapat mencakup bagaimana Power Point mempengaruhi kelompok-kelompok seperti pria dan wanita, kemampuan tinggi atau rendahnya kemampuan, dan kelompok usia yang berbeda selain mahasiswa tradisional.
Menurut saya, ada satu lagi kelemahan penelitian ini, karena cakupan yang agak sempit maka kurang memeprtimbangkan faktor eksternal dari penelitian. Misalnya motifasi dan kondisi lingkungan belajar atau bahkan persepsi mahasiswa terhadap pengajar, intonansi suara dan lainnya. Secara signifikan polusi seperti suara dan lainnya dapat memepengaruhi hasil penelitian ini juga. Bisa di contohkan saat instruktur atau dosen memberikan materi menggunakan slide Power Point, dan kondisi kelas ribut maka yang lebih menonjok adalah hasil negatif. Selain itu peneliti cepat menyadari berbagai kelemahan dari penelitian ini, sehingga membawa nilai positif lebih pada jurnal atau penelitian ini. serta pesan dan saran untuk penelitian selanjutnya melengkapi jurnal ini.
jurnal selanjutnya agak kurang menarik di banding jurnal-jurnal yanga ada... namun ini kan tugas yahhh... hahahaha.. awalnya ini adalah Jurnal 1 (berdasarkan tahun dia yang paling tua) namun siring berjalannya waktu dia turun di posisi 3 (berasa nonton motor GP)..

Jurnal 3
Expectancy Theory and Behavioral Intentions to Use Computer Applications
Dalam tugas ini saya akan menganggangkat tema tentang hubungan antara tegnologi dan kebutuhan manusia. Jurnal pertama yang akan saya bahas adalah Expectancy Theory and Behavioral Intentions to Use Computer Applications yang terbit tahun 2008. Di teliti oleh Lori Baker and Robert W, Stone Department of Business, University of Idaho Moscow, Idaho, US.
Dalam jurnal ini masih sangat lekat dengan salah satu teori psikologi yang di populerkan oleh Bandura yaitu, self-efficacy. Walaupun pada jurnal ini yang ditekankan adalah program komputer yang menunjukan adanya keterkaitan antara Perilaku Menggunakan Aplikasi Komputer dengan  Teori Harapan dan Niat, terutama pada keyakinan manusia untuk dapat melatih pengendalian atau kemampuan terhadap fungsi diri (self efficacy).
Dalam era globalisasi, bukan hanya mahasiswa atau generasi muda yang dituntut dalam penggunaan teknologi canggih namun juga para pekerja kantor (karyawan) yang kebanyakan anggotanya bukanlah generasi muda lagi. Karyawan sering kali dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman untuk meningkatkan produktifitas kerjanya. Teknologi yang canggih sering kali dipersepsikan sebagai suatu hal yang baik, dan dapat meningkatkan produktifitas sebuah perusahaan, namun jarang sekali memeperhatikan efek atau pengaruh dari teknologi ini pada karyawan. Misalnya saja penggunaan komputer. Para karyawan yang sudah lama berkerja harus bersaing dengan generasi muda atau karyawan baru yang masih tergolong fres. Dia di tuntut untuk meninggalkan cara kerja yang lama dan harus belajar kembali untuk menggunakan teknologi yang baru. Namun, apakah karyawan tersebut dapat dengan mudah berubah? Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut? itu adalah hal-hal yang ingin di tunjukan penelitian ini.
Dari sisi psikologis, terkadang kita harus mempertimbangkan beberapa aspek misalnya, kebiasaan, persepsi, minat, dan harapan bahkan terkadang dari sisi kepribadian setiap indivbidu. Misalnya saja, dari faktor usia. Orang tua cenderung lebih kaku dan sulit berubah di banding orang yang masih muda. Orang yang masih muda biasanya cepat beradaptasi dengan situasi baru dan penalarannya masih sangat luas sehingga dengan mudah belajar hal-hal baru, sedangkan generasi yang lebih tua biasanya cenderung sukar menerina perubahan-perubahan dan pengambilan resiko biasanya menggunakan pengalaman.
Dalam jurnal Expectancy Theory and Behavioral Intentions to Use Computer Application, lebih menekankan pada faktor internal individu seperti harapan dan sel -efficacy, yang didesak oleh faktir ekternal individu seperti tuntutan penggunaan teknologi guna meningkatkan produktifitas kerja.
Untuk melakukan ekperimennya, Lori Baker dan Robert menggukan 154 responden atau perseta penelitian. Terdiri dari, 27% wanita dan 73% laki-laki, karyawan yang telah melakukan pelatihan 42% dan yang tidak melakukan pelatihan 58%. Variasi usia cukup baik, dan cukup banyak karyawan yang berada dalam usia produktif. Penggolongan usia terdiri dari, usia 25-29 tahun  1%, 30-34 tahun 3%, 35-39 tahun 9%, 40-44 tahun 13%, 45-49 tahun 13%, 50-54 tahun 31%, 55-59 tahun 20%, 60 tahun keatas 10% . Klasifikasi pekerjaan sendiri terdiri dari Tenure-Track Faculty 86%, Non-Tenure-Track Faculty 4%, Instructor 3%, administrator 7%. Melihat dari variatif sampling atau sempel responden, faktor usia tidak akan memperngaruhi hasil penelitian.
Penelitiannya sendiri dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak atau software baru ciptaan mahasiswa University of Idaho Moscow. Penelitian ini tidak melibatkan dosen dan staf yang melintasi semua bidang akademik yang berbeda di universitas yang khas dan dengan demikian pentingnya bidang akademik mungkin memainkan peran dalam hasil penelitian.
Aspek-aspek yang diperhatian dalam penelitian ini meliputi pengalaman komputer sebelumnya (penguasaan), kemudahan sistem (yaitu, Digital Tindakan atau penggunaan software baru) penggunaan (emosi atau gairah fisiologis), dan dukungan administrator untuk menggunakan Tindakan Digital atau penggunaan software baru (norma sosial atau persuasi).
Dalam dalam infestigasi berbagai teori, hasilnya menunjukan perkiraan atau hipotesis Pengalaman komputer sebelumnya berpengaruh pada self efficacy. Jika seseorang memiliki pengalaman komputer lebih, terutama di daerah-daerah tertentu pemrograman komputer dan aplikasi grafis, Ia cenderung mempunyai self efficacy lebih tinggi. Gairah emosional atau fisiologis mengenai sistem juga mempengaruhi self efficacy, berkaitan persepsi penyelesaian tugas. Minat intelektual dalam tugas atau persepsi betapa mudahnya tugas adalah untuk menyelesaikan meningkatkan persepsi individu tentang self efficacy dan nilai dalam menyelesaikan tugas seperti hasil harapan atau kegunaan. Penilaian cenderung Negatif dari keberhasilan keberhasilan seseorang berasal dari kecemasan mengenai melakukan tugas tertentu. Dapat di jelaskan salah satu aspek seperti gairah adalah kemudahan penggunaan sistem.
Untuk mencari responden atau sample penelitian, peneliti menggunakan cara membagikan kuisioner dan didistribusikan ke fakultas dan administrator pada Internet yang disebut WebSurveyor. Hasilnya, sebanyak 866 orang yang menerima email ini dan diminta untuk berpartisipasi. Kuisioner di buat menggunakan jenis skala Likert, terdiri dari lima pilihan jawaban untuk merespon. Skala dan bobot yang digunakan adalah Sangat Setuju-5; Setuju-4; Netral-3, Tidak Setuju-2, dan Sangat tidak setuju-1. Kemudian jumlah tanggapan yang didapat dan di gunakan adalah 154 responden. Sehingga dapat dapat di simpulkan tingkat respons yang didapat sebesar 17,78%.
Selain itu peneliti juga melakukan tindakan psikometri dengan mengkelompokan item-item dalam kusioner tersebut. Dalam sebuah analisis faktor konfirmatori yang dilakukan dengan menggunakan struktur persamaan pendekatan pada langkah penelitian dalam rangka untuk mengevaluasi psikometrik sifat responden. Dari analisis faktor konfirmatori Fit untuk data yang diterima yang dapat ditujnjukan seperti oleh beberapa ringkasan statistik. Kebaikan indeks fit adalah 0,83 sedangkan disesuaikan untuk derajat kebebasan indeks ini memiliki nilai 0,77. Root mean sisa persegi adalah 0,22 dan statistik chi-square signifikan pada 1% dan memiliki nilai 283,98 dengan 154 derajat kebebasan. Statistik chi-square normed adalah 1,84. Indeks fit komparatif Bentler adalah 0,94 dan fit indeks tambahan berkisar 0,85-0,94. Nilai ini menandakan fit diterima antara model dan data untuk analisis faktor konfirmatori. Menggunakan koefisien jalur standar dari analisis faktor, konfirmatori koefisien reliabilitas dan persentase nilai varians bersama untuk setiap ukuran dihitung.
Semua koefisien jalur standar kecuali yang digunakan untuk skala mengukur secara statistik signifikan pada tingkat 1%. Self-efficacy diukur oleh dua indicants dengan koefisien reliabilitas diperkirakan 0,75 dengan persentase varians bersama dari 62%. Kemudahan penggunaan konstruk juga diukur oleh dua indicants. Koefisien kehandalan adalah 0,82 dan varians bersama adalah 70%. Tiga indicants adalah digunakan untuk mengukur sikap pengguna terhadap Tindakan Digital. Ukuran yang dihasilkan memiliki kehandalan koefisien 0,79 dan varians bersama dari 55%. Sebanyak tujuh item kuesioner membentuk ukuran harapan hasil atau manfaat. Koefisien dihitung keandalan untuk ukuran yang dihasilkan adalah 0,98 sedangkan persentase varians bersama adalah 86%. Final dua langkah-langkah dukungan administratif dan niat perilaku untuk menggunakan Tindakan Digital dikembangkan dari dua dan tiga indicants, masing-masing. Untuk ukuran dukungan administratif koefisien reliabilitas dihitung adalah 0,66 dan varians bersama 50% sedangkan untuk niat perilaku nilai-nilai ini adalah 0,91 dan 77%.
Berdasarkan koefisien reliabilitas, komposit puas, dengan beberapa kekhawatiran untuk keandalan dukungan administratif seperti nilai reabilitas dan validitas. Sebuah koefisien reliabilitas 0,66 rendah dan ukuran dukungan administratif membutuhkan perbaikan jika ingin digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan dimasa depan. Persentase rata-rata varians bersama semua 50% atau lebih, menunjukkan memuaskan tingkat sifat ini. Dari nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa konvergen validitas puas untuk setiap ukuran.
Validitas diskriminan juga diperiksa dengan menggunakan koefisien jalur standar dari konfirmasi analisis faktor. Pemeriksaan membandingkan korelasi kuadrat antara setiap pasangan tindakan yang dihitung dari korelasi diperkirakan dalam analisis faktor konfirmatori, untuk mereka rata-rata persentase varians bersama. Validitas diskriminan baik jika, untuk setiap ukuran pasangan, persentase rata-rata varians bersama yang lebih besar daripada korelasi kuadrat yang sesuai (Fornell & Larcker, 1981). Korelasi ini kuadrat berkisar 0,00-0,67. Semua kecuali salah satu pasang korelasi kuadrat yang lebih kecil daripada rata-rata persentase yang sesuai varians bersama. Korelasi antara kuadrat kemudahan penggunaan dan sikap terhadap Digital Tindakan adalah 0,62 sedangkan varians mereka bersama yang 70% untuk kemudahan penggunaan dan 55% untuk sikap Tindakan arah menggunakan Digital. Hasil ini menyiratkan bahwa indicants untuk kemudahan penggunaan dan sikap Tindakan arah menggunakan Digital tidak bisa membedakan antara ukuran mereka sendiri dan lainnya. Untuk semua pasangan lain tindakan, validitas diskriminan baik.
Dari percobaan terhadap perangkat lunak atau program baru untuk bekerja, menghasilkan data-data yang cukup membinggungkan (bagi saya), karena sulit di menegerti. Seperti, Kebaikan indeks fit adalah 0,82 sedangkan disesuaikan dengan derajat kebebasan itu 0,76. Root mean residual persegi adalah 0,07. Statistik chi-square adalah 308,77 dan memiliki 158 derajat kebebasan dan statistik signifikan dari nol pada% 1. Normed chi-square adalah 1,95. Bentler komparatif cocok indeks 0,93 dan indeks fit tambahan berkisar 0,84-0,93. Dapat disimpulkan dalam keseluruhan (hal yang tidak di mengerti di atas) sesuai dari model teoritis.
Di lain hal data statistik menghasilkan hasil yang beragam mengenai kualitas fit antara model dan data, mereka menunjukkan fit diterima mengingat jumlah pengamatan dan kompleksitas model. Semua perkiraan dilaporkan adalah jalan standar koefisien. Sebelum membahas ini koefisien yang diperkirakan, penting untuk mengingat item menyusun Sikap Terhadap variabel Tindakan digital diungkapkan dalam arah negatif. Ini berarti bahwa tingkat tinggi self efficacy dan hasil harapan atau kegunaan yang diharapkan terjadi dengan rendahnya tingkat sikap terhadap penggunaan software baru, dengan kata lain, bahwa koefisien jalur diharapkan menjadi negatif.
Jalur pertama adalah kemudahan penggunaan untuk self efficacy untuk sikap terhadap penggunaan software baru untuk perilaku niat. Jalan ini menunjukkan bahwa persepsi tinggi kemudahan timbal digunakan untuk tingkat tinggi self efficacy yang mengarah ke tingkat rendah sikap negatif terhadap Tindakan Digital yang mengarah ke tinggi perilaku niat untuk menggunakan Tindakan Digital. Jalur kedua adalah kemudahan penggunaan untuk harapan hasil atau kegunaan untuk sikap terhadap Tindakan Digital niat perilaku. Interpretasi dari jalur ini adalah bahwa persepsi tinggi kemudahan penggunaan timbal persepsi tingginya harapan hasil atau kegunaan untuk tingkat rendah sikap negatif terhadap Tindakan Digital untuk perilaku yang tinggi niat untuk menggunakan Tindakan Digital. Perlu dicatat bahwa komputer sebelumnya pengalaman dan administrator dukungan ditemukan tidak memiliki dampak empiris dalam model.
Dalam hasil disusinya peneliti membahas, Hasil empiris yang menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan yang cukup signifikan dalam mendorong niat perilaku untuk menggunakan software baru. Mekanisme transmisi adalah kemudahan penggunaan sistem perilaku niat melalui self-efficacy dan harapan hasil atau kegunaan untuk sikap terhadap sotfware baru. Secara khusus, kemudahan penggunaan dampak positif self efficacy dan hasil Harapan atau kegunaan dan baik secara langsung mempengaruhi sikap positif pengguna terhadap penggunaan software. Hasil ini dapat ditafsirkan menunjukkan pentingnya yang mudah untuk menggunakan perangkat lunak untuk mendapatkan niat perilaku pengguna untuk menggunakan perangkat lunak. Jika Perangkat lunak dianggap mudah digunakan, sehingga meningkatkan kepercayaan diri fakultas dan persepsi kemampuan menggunakan perangkat lunak serta meningkatkan persepsi nilai dari sistem atau kegunaan.
Persepsi yang lebih baik tentang self efficacy dan kegunaan menyebabkan sikap yang lebih baik mengenai perangkat lunak. Sebuah sikap yang lebih positif mengarah ke niat perilaku yang lebih besar untuk menggunbakan teknologi baru. Kurangnya jalan yang signifikan dari pengalaman komputer sebelumnya dan dukungan administrator untuk self efficacy dan hasil harapan atau kegunaan memiliki interpretasi yang menarik. Sebelum Pengalaman dengan komputer tidak berdampak pada harapan berkenaan dengan penggunaan software tersebut. Demikian pula, dukungan dari administrator untuk menggunakan software tidak berdampak pada ekspektasi.
Penelitan tersebut menarik Kesimpulan beruba, Hasil penelitian yang menunjukkan persepsi mengenai kemudahan penggunaan sistem sebagai kunci untuk mendorong perilaku niat untuk memanfaatkan lebih besar dari aplikasi perangkat lunak baru. Dampak dari kemudahan penggunaan ditularkan melalui dampak positif terhadap self efficacy dan hasil Harapan atau kegunaan dan ini harapan pada sikap para pengguna mengenai penggunaan software baru. Hasil ini memiliki implikasi bagi pengembang perangkat lunak serta administrator. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, perhatian perlu diberikan kepada kelompok pengguna potensial. Ini kelompok dapat digunakan untuk memastikan perangkat lunak yang mudah digunakan dalam konteks mereka digunakan. Dalam mirip Semangat, manajer dan administrator dapat memberikan pelatihan bagi pengguna untuk memfasilitasi sistem kemudahan penggunaan dan dengan meningkatkan persepsi mandat untuk menggunakan sistem jika fakultas merasakan khasiatnya dari sistem.demikian mendorong niat untuk menggunakan Tindakan Digital atau peggunaan software baru dan tambahan pelatihan juga dapat  meningkatkan penguasaan program.
Manurut saya, penelitian ini cukup baik walaupun tingkan reabilitasnya kurang. Tinggkat reabilitas yang kurang baik cukup di maklumi, karena malihat situasi saat ini yang sangat cepat berubah. Sehingga kita terkadang sulit utuk meramalkan kondisi yang akan datang. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak meperhatikan tingkat IQ peserta penelitian atai responden. Kemungkinana tinggkat IQ responden dapat menjadi faktor Z atau faktor yang mempengaruhi hasil namun tidak di ukur. Selain itu seperti kelemahan ekperimen pada umumnya, dengan hasil statistik biasanya penerapan langsung atau nyata di lapangan agak berbeda. Hasil eksperimen biasanya tidak serupa dengan kondisi asli walau tingkatkebenaran cenderung tinggi.
Jika mempertimbangkan faktor lain saat pengambilan sample melalui internet atau email secara logika maka data tidak terlalu valid, karena orang-orang yang menggunakan internet biasanya cenderung sering menggunakan teknologi dan lebih mudah mempengaruhi hasil secara objektif. Namun secara keselurhan penelitian ini cukup baik untuk mempertimbangkan faktor umur, pekerjaan dan pelatijan yang pernah di dapat. Secara garis besar dapat disimpulkan jika faktor psikologis individu sepertu kebiasaan, persepsi, minat, self efficacy, dan harapan dapat mempengaruhi pengguanaan teknologi terutama teknologi baru.


jika penasaran sama lanjutannya silahkan kunjungin http://akisay.blogspot.com/2012/11/final-softskill-sistem-infomasi_26.html

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo