Rabu, 11 April 2018

Wanita memiliki prinsip dan hargadiri

"Harga diri? Emang harga lo berapa?"
Sekarang ini Wanita sering sekali dipandang rendah, Bukan hanya oleh Pria tapi oleh Wanita itu sendiri. Seolah memang sudah tidak ada lagi yang memandang derajat wanita itu tinggi.
Walaupun sejak dulu memang derajat wanita selalu dibawah Pria. Bukan berati wanita tidak punya hargadiri.

Ada istilah "Wanita dijajah Pria sejak dulu"
Memang nyatanya, secara simbolis ataupun tidak wanita selalu "dibeli" Pria.
(Walau ada juga laki-laki yang "dibeli" wanita.)

Seolah Wanita adalah sebuah barang yang bisa dipakai, disimpan dan dibuang.
Wanita sangat berfungsi sehingga diinginkan oleh Pria.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
wanita/wa·ni·ta/ n perempuan dewasa: kaum -- , kaum putri (dewasa);

Seperti memilih hanphone di Mall atau OlShop. Pria melihat wanita dari segi penampilan, terkadang melihat kualitas dan fungsinya dulu. Tergantung selera masing-masing.
Melihat barang yang desainnya keren, mulus, prosesornya uptodate (cantik dan pintar), Pria ingin mencobanya. Setelah suka pada suatu barang yang dia lihat itu, kebanyakan Pria menginginkan barang yang "baru".
Padahal barang yang sudah dia coba akan menjadi barang "bekas" yang sulit "dijual".

Mungkin karena terlalu banyak, membuat barang second ini menjadi barang pasaran yang menarik untuk dibeli. Seperti sebuah handphone. Handphone second selalu laku dan diincar, walah sudah menjadi barang bekas.

Wanita diumpamakan sebagai handphone.
[Lagi-lagi menyamakan manusia dengan barang.]

Banyak handphone baru yang dianggap second atau Kw, karena meningkatnya jumlah handphone second. Handphone baru dianggap sama murahannya seperti handphone second. Padahal cukup sulit menjadi handphone baru dijaman sekarang.

Banyaknya handphone second, seolah membuat handphone baru merasa direndahkan, bahkan tidak laku. Terus tersimpang digudang hingga rusak.

Kasus yang sering terjadi, seperti pelecehan seksual. Terjadi bukan hanya pada perempuan dibawah umur, namun juga wanita dewasa. Seringkali "pakaian" wanita dianggap sebagai pemicu. Korban ikut disalahkan, menjadi aib dan dikucilkan. Seperti pribahasa "sudah jatuh tertimpa tangga".
Padahal nyatanya, tidak selamanya korban adalah pemicu tidakan tersebut. Ada pameran yang mengoleksi pakaian-pakaian wanita saat terjadi pelecehan seksual. Pakaian yang dipamerkan adalah pakaian biasa, yang semua orang biasa kenakan. Kaos dengan celana panjang, bahkan baju anak kecil dengan gambar kuda poni. Korban pelecehan di kereta pun kebanyakan adalah orang yang memakai pakaian tertutup.

Mungkin "Wanita sering dianggap murahan" dan hal ini yang sering aku temui saat ini.

Contoh simplenya. Sebagai seorang wanita, pernahkah ketika berjalan kaki, entah hendak membeli sayur ataua sekedar membeli sesuatu di warung. Kemudian ada bisikan, atau suara-suara setan "Cewe~~~", "Swiittt~~~", atau " Shuuuttt~~ Shuutt~". Keluar dari mulut laki-laki yang entah berada dimana.
Apa Wanita itu merasa dilecehkan???
atau dianggap sebagai hal yang sudah biasa atau wajar?

Aku sebagai Wanita, merasa telah dilecehkan, dikerjain, dan merasa dihina. Kenapa?
Mereka (laki-laki), menimbulkan suara seolah memanggil kita (wanita). Entah dengan tujuan "menggoda", "iseng", atau "sengaja melecehkan". Itu gak sopan. Menurutku.
Apa laki-laki itu berpikir, semua wanita senang dipanggil-panggil seperti itu?
atau mereka berpikir "siapa tau bisa kenalan?" atau "siapa tau suka digodain?"
Sehingga aku merasa, paggilan tanpa tujuan yang jelas itu sebagai "pelecehan".

Ketika mendengar suara sapaan, panggilan, atau tepukan degan automatic prosesing semua orang akan menengok ke sumber suara. Mereka (laki-laki setan itu) mengggap semua wanita suka diperlakukan seperti itu, dan terus mengulanginya.
Justru laki-laki itu terlihat sangat murahan. Dimataku.

Sedikit cerita, baru-baru ini aku terpaksa kenal dengan seseorang laki-laki yang suka melakukan pelecehan dengan memanggil setiap gadis atau wanita yang lewat didepannya. Laki-laki itu berusia sekitar 20tahun, lajang dan sok asik. Selalu berusaha menggoda wanita. Entah siapapun itu.
Gak cuma sekali atau dua kali juga dia melakukannya padaku. Dan aku sangat membencinya.

Mungkin bagi sebagian wanita suka, tapi untuk aku sangat menyebalkan. Bahkan sapaannya saja sangat mengganggu, karena persepsiku dan "halo efek" padanya sudah sangat buruk.
Dan aku terjebak dengan laki-laki itu disatu lingkungan tempat kerja.
Dari awal dkami bertemu dia sudah berkata "Ih ada awewe" dan hampir tiap hari aku merasa dilecehkan olehnya, ketika dia mengeluarkan suara "Swiitt~ switt~~", "Cewee", "Mbaaa" dan selalu mencari perhatian.
"Wangi amat mba, pake parfum apa", "hei cantik" *wtf
Dia sangat sukses membuat saya kesal. Mungkin dia berpikir semua wanita suka dibilang cantik. Tapi, pada kondisi seperti ini, perkataannya aku anggap sebagai suatu cara dia menggoda wanita murahan. Ketika dia melakukannya padaku, aku merasa terhina, karena dianggap wanita murahan

Mungkin laki-laki akan berpikir, "Sombong amat sih nih cewe." Tapi apakah dia tahu kalau perbuatannya itu merendahkan wanita dan melukai harga diri wanita?

Sekedar menyapa lawan jenis sebagai seorang teman atau kenalan tidak perlu melakukannya berlebihan. Jikapun itu hanya bercanda, tidak perlu diulangi hampir setiap hari. Apa lagi melihat orang tidak suka di sapa seperti itu.


Contoh lain, seorang wanita yang tinggal serumah dengan seorang laki-laki yang bukan keluarganya atau pacarnya. Dianggap telah melakukan hubungan badan dengan laki-laki yang tinggal bersamanya.
Padahal aku pikir belum tentu.

Memang aku gak pernah memasang CCTV atau memantau orang-orang tersebut hingga 24jam. Tapi aku memiliki keyakinan, jika mereka memang tidak melanggar norma yang mereka punya. Terkadang karena kondisi mereka harus tinggal bersama. Kebanyakan karena meraka perantauan, yang jika tinggal bersama lebih menghemat biaya, dibanding tinggal terpisah.

Seperti seorang temanku yang aku kenal selama bertahun-tahun. Dia terpaksa tinggal dengan pacarnya dan keluarga pacarnya di kota lain, karena pekerjananya. Banyak yang berpikir negatif tentang temanku itu. "Kenapa gak nikah aja? biar sah"
Menikah atau tidak, itu urusan pribadi masing-masing. Walau aku sebagai sahabatnya, aku tidak punya hak memaksanya menikah, kalau memang dia belum siap.

Bagi kami, menikah itu bukan permaian dan hal yang sepele. Bukan hanya sebuah perjanjian di atas kertas, tapi komitmen seumur hidup. Dan aku percaya dia tidak akan melakukan apa-apa dengan pacaranya sebelum resmi menikah. Karena, jika aku ada di posisi yang sama dengannya, mungkin aku juga tidak akan berbuat seperti itu.

Aku percaya teman-temanku masuk kedalam golongan wanita yang memiliki prinsip dan hargadiri.
Mungkin masyarakat sekarang kebanyakan nonton film barat, sehingga percaya semua orang memiliki prinsip dan pemikiran yang sama seperti orang barat. Yang ketika sudah pacaran bebas melakukan hubungan badan.

Dan banyak teman-temanku sesama wanita, yang memilik prinsip dan harga diri ini yang masih melajang. Entah karena tidak "laku", terlalu pilih-pilih atau trauma.


Selasa, 10 April 2018

Gagal menjadi "Pria"

Kata "Pria" (Gentleman) seolah identik dengan kedewasaan, tanggung jawab, dan kebijaksanaan.
Dalam KBI,
pria n laki-laki dewasa: kaum -- kaum laki-laki dewasa;-- idaman laki-laki dewasa yang dijadikan dambaan (yang sangat diinginkan) oleh wanita
"Dewasa" bukan karena umur, namun karena sikap. Terkadang spesies manusia berjenis kelamin jantan ini, walau sudah lama hidup di dunia tapi belum tentu memiliki kedewasaan. Entah karena faktor fisik, atau psikis. Yang jelas memang gak semua Laki-laki tua itu dewasa dan bijak.

Ada istilah, "Tua-tua keladi, makin tua makin jadi". Istilah ini dipandang dari sudut negatif. Yang dominan ditunjukan pada seorang laki-laki tua yang bertingkah tidak pada normanya. Kebanyakan orang menggambarkan seorang laki-laki tua yang masih suka mempermainkan wanita atau mengincar wanita-wanita yang lebih muda.

Secara fisiologis dijelaskan bahwa hormon atau agresifitas laki-laki tidak akan menurun walau sudah berusia lanjut, berbeda dengan perempuan yang mengalami penurunan kondisi hormon tubuh (menopause).
Namun di sisi lain, dipandang secara norma dan nilai masyarakat timur. Seorang laki-laki semakin tua maka akan semakin bijak. Karena perjalanan hidup yang telah dilewatinya menjadi sebuah pelajaran yang berharga untuk menghadapi masalah dikemudian hari. Pria dianggap harus bisa berpikir secara rasional dan subjektif memandang semua masalah. Menjadi panutan bagi generasi selanjutnya.
Pria dianggap "harus bisa mengontrol hasrat dan nafsunya" saat menginjak usia senja.

Yang aku amati,"teori lebih mudah dibanding prakteknya".
Konsep "Pria" yang ada dipikiran wanita itu seolah hanya sebuah imajinasi. Pria yang benar-benar matang, bertanggung jawab dan bijak seolah adalah sebuah jerami ditumpukan jarum.
Ada (mungkin), tapi sulit didapatkan.

Mungkin jaman sekarang wanita harus mengambil sebongkah besi dan mengasahnya sendiri agar menjadi sebuah jarum. Namun dengan tenaga wanita yang lemah itu, akan memerlukan kesabaran usaha dan waktu yang lama.

Mungkin laki-laki yang gagal menemukan wanita pengasah itu, akan berubah menjadi "Tua keladi" bukan seorang "Pria", "Ayah", "Paman" atau "Kakek" yang baik.

Aku mau bercerita sebuah kisah laki-laki. Laki-laki yang aku amati sepanjang hidupku. Sebagian aku mengamatinya sendiri, sebagian aku mengambil dari cerita orang lain. Mungkin sejenis gosip dikalangan masyarakat. Semua aku rangkum dalam kisah ini.

Gagal menjadi Pria

Bukan dalam arti dia menjadi seorang wanita. Kini dia sudah menginjak kepala 6 diusianya. Seorang laki-laki yang memiliki 2 orang anak yang sudah tumbuh dewasa. Seorang laki-laki yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Dia lahir sebagai anak bungsu dari keluarga miskin. Kakak-kakaknya berjuang hidup membantu perekonomian keluarga. Mereka sering terpisah-pisah karena faktor ekonomi. Kakak-kakaknya diasuh, dibesarkan atau disekolahkan oleh kerabat mereka yang lain. Sebagai gantinya, kakak-kakaknya memberikan jasa untuk membantu keluarga pengasuhnya. Hal seperti ini sering terjadi bukan hanya dikeluarga tersebut. Dimana-mana, saat sebuah keluarga tidak mampu membesarkan anak-anak mereka sendiri, maka mereka akan menitipkannya pada kerabat yang mampu.

Berbeda dengan laki-laki ini. Dia adalah anak bungsu, anak yang tidak harus dititipkan dan menjalani kehidupan yang keras seperti kakak-kakaknya. Kakaknya yang mulai mandiri, mambantu membesarkan laki-laki itu. Sayangnya, laki-laki itu harus kehilangan ayahnya saat usia 2 tahun. Sehingga tidak ada sosok ayah yang bisa dia modeling untuk hidupnya. Dia hidup di besarkan oleh wanita-wanita perkasa. Bahkan kakaknya yang seorang laki-laki menjadi seorang pederita gay.

Laki-laki itu hidup normal. Dia mendapat pendidikan yang cukup. Walau ketika Sekolah menegah atas dia harus jauh dari keluarganya untuk di sekolahkan di kota lain. Setelah lulus, dia bekerja dengan kerabat-kerabatnya dan memiliki penghasilan yang lomayan. Usaha kakak peremuannya pun bagus, sehingga keluarga mereka bangkit dari garis kemiskinan. Kakak laki-lakinya memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan tidak kembali.

Ibunya, menjadi pencandu alkohol sejak kehilangan suaminya. Anak-anak mereka dipaksa lebih dewasa dibanding orang tua mereka. Semua tanggung jawab diserahkan kepada kakak peremuannya.

Sedikit mengenai kisah  cinta laki-laki ini. Ketika muda dia berpacaran dengan seorang wanita, namun tidak di restui oleh keluarganya. Pacarnya sangat mencintainya dan terus mencari dirinya, namun demi keluarga dia mengacuhkan wanita itu. Dan mencari wanita lain.

Dia menemukan seorang wanita yang 9 tahun lebih muda darinya. Cantik, mandiri dan populer. Banyak pria yang menginginkannya kala itu. Laki-laki itu berasa di puncak jaya kehidupannya. Mapan, matang (secara usia), dan tampan. Dengan mudah memikat wanita cantik itu dan menjadikannya istri. Mereka hidup bersama selama 10 tahun dan memiliki 2 orang anak.

Suatu hari, keputusan besar mereka ambil, dan merubah hidup mereka. Laki-laki itu memulai usaha sendiri tanpa bantuan kerabatnya. Dengan bantuan istrinya, laki-laki itu memiliki sebuah toko. Namun, ada yang berbeda. Semua keperluan toko istrinya yang mengelola. Sang laki-laki entah bagaimana dan apa yang dikerjakan menyerahkan semua pekerjaan toko pada istri dan kerabat istrinya.

Ketika toko itu gulung tikar, dia hanya menyalahkan istrinya. Dia berpikir "Wanita itu boros, hanya mementingkan keluarganya, sehingga tokonya bangkrut.". Dulu istrinya pernah berkata jika dia mampu menjalankan bisnisnya sendirian, sehingga laki-laki itu menyerahkan bisnis itu 100% untuk istrinya. Untuk membuka toko istrinya dia mengorbankan rumah yang dia beli sewaktu masih bujang.

Cobaan bagi keluarga itu, belum berakhir. Anak laki-laki kedua mereka mengalami sakit parah, sehingga harus dirawat. Entah bagaimana, istrinya harus mengurus toko dan anak dalam waktu yang bersamaan. Sehingga ada seorang anak mereka yang menjadi korban. Setelah anak dari laki-laki itu menginjak usia 3 tahun, pasangan itu baru menyadari kalau anak mereka mengalami kelainan. Anak laki-laki mereka, tidak bisa berjalan. Dokter mengatakan anak itu menderita Autism.

Seluruh keluarga mereka turut berduka dan ingin membantu. Laki-laki itupun mendapat tawaran bantuan dari keluarganya, untuk bekerja menjaga sebuah toko dikota lain. Ia ingin mengajak istri dan anak-anaknya, memulai kehidupan baru. Memulai usaha baru. Namun istrinya menolak. Istrinya tidak ingin "ikut orang". Istrinya ingin usaha mandiri, seperti dia membuka tokonya dulu.

Selisih paham diantara mereka terus terjadi. Mereka sama-sama mempertahankan egonya masing-masing. Tidak ada yang ingin mengalah. Si Wanita menganggap suaminya tidak bisa mandiri, selalu terbanyang-banyang oleh pengaruh keluarganya. Terlalu manja dan tidak bisa maju. Istrinya ingin maju dengan tangannya sendiri, tanpa bantuan keluarga suaminya. Si Laki-laki, merasa semua wanita harus mengikuti apa yang diperintahkan laki-laki. Iya merasa bantuan kerabatnya adalah jalan keluar satu-satunya yang bisa dia lalui. Iya mengusahakan segala cara agar istrinya tetap ikut bersamanya.

Namun kekuatan ego mereka terlalu besar, mengalahkan sisi rasional mereka, mengalahkan cinta mereka pada anak-anak mereka. Mereka pun hidup terpisah-pisah.

Si laki-laki tetap meneruskan rencananya untuk bekerja pada kerabatnya dengan mengelola sebuah toko. Si istri kembali kerumah keluarganya dengan membawa anak perempuan pertamanya, dan meninggalkan anak laki-lakinya yang autis dengan suaminya. Si laki-laki tidak bisa mengurus anaknya sendiri, apalagi sambil bekerja. Sehingga dia menitipkan anak laki-lakinya yang cacat pada kakaknya. Si Wanita, harus mandiri membesarkan anak perempuannya, dan tinggal di rumah orang tuanya, mengandalkan orang tuanya membantu menjaga putri satu-satunya. Mereka melalui jalan yang berbeda sendiri-sendiri.

Sejak kecil, putrinya sudah menanggung harapan orang tuanya yang begitu besar. Harapan untuk bisa sukses dan membantu perekonomian keluarga jika kelak perekonomian mereka tak kunjung membaik.Orang tuanya memberikan beban tanggung jawab dari harapan yang besar, tanpa peduli bagaimana pikiran dan perasaan anak itu.

Tahun demi tahun berlalu, namun laki-laki ini tidak kunjung bangkit dari keterpurukan ekonominya. Dia hanya jalan di tempat, tidak bisa bangkit untuk maju. Salah satu faktor yang tidak bisa membuatnya bangkit adalah gaya hidupnya. Iya masih bertingkah seolah dia adalah orang mampu. Hanya memikirkan kesenangan sementara. Tidak banyak memikirkan masa depan, dan hanya melihat kebelakang. Menyesali dan menyalahkan istrinya meninggalkan dirinya, tanpa berjuang menata hidupnya menjadi lebih baik. Menyalahkan nasip yang buruk, terus berharap ada uang yang jatuh dari langit.

Usahanya untuk mengelola toko kerabatnya tidak berjalan baik. Kemampuan menejemen dan perencanaan tidak dia miliki. Usahanya tidak berkembang dan jalan ditempat. Kerabatnya pun tidak lagi mempercayakan tokonya pada laki-laki itu.

Kakaknya pun mengalah, dia menyerahkan rumah hasil kerja kerasnya dulu kepada laki-laki itu. Berharap laki-laki itu bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi dan psikisnya. Berubah menjadi Pria dewasa yang bisa mengurus dirinya sendiri.

Kakaknya memulai usaha baru di kota lain bersama keluarga kecilnya, suami, putrinya, anak autis dari laki-laki itu, dan ibunya yang sudah tua dan tidak mampu berjalan. Begitu banyak beban yang ditanggung oleh keluarga kakak perempuannya. Namun kakaknya menanggungnya dengan sabar. Selalu berpikir "semua ada hikmahnya, ada waktunya untuk bangkit."

Bertahun-tahun, pria itu hidup sendiri, bagai seorang "bujang". Tidak tahu apa yang dikerjakan, dan apa saja usaha yang dia lakukan. Tidak menemukan pekerjaan, usaha pun tidak berjalan lancar, hanya judi yang dia andalkan. Memasang nomer togel menjadi suatu motivasi barunya. Iming-iming hadiah besar selalu menjadi penyemangat hidupnya.

Melihat kondisi adiknya yang memprihatinkan. Kakak perempuan dari laki-laki itu pun memutuskan untuk meminta bantuan adiknya. Membantu mengelola tokonya. Berharap adiknya mau kembali bekerja keras seperti masa mudanya, sebelum menikah dulu. Keputusan untuk terus membantu adiknya itu, menjadi awal hancurnya hubungan dia dan suaminya. Beban yang terlalu banyak dan ego masing-masing yang kuat, kembali menjadi masalah dalam keluarga.

Suami dari kakak laki-laki itu (kakak ipar), geram dengan tingkah laki-laki itu. Sifat arogannya mulai muncul sejak laki-laki itu menginjakan kaki dirumahnya. Baginya, laki-laki tidak seharusnya bersikap seperti itu. Terlalu banyak mengandalkan orang lain untuk bertahan hidup. Kakak iparnya, selalu memandang laki-laki itu dari sisi negatif dan sangat membencinya. Begitu pula laki-laki itu, berpikir kalau kakak iparnya selalu mencari-cari kesalahan dirinya. Merasa kakak iparnya terlalu arogan dan galak, tidak masuk akal dan membuat semua orang memusuhi kakak iparnya.

Di belakang kakak iparnya, dia selalu menjelek-jelekan kakak iparnya. Hingga semua keluarganya tahu keburukan kakak iparnya yang arogan. Seolah laki-laki ini menjadi bigos (biang gosip). Dengan membicarakan kakak iparnya dia mendapat banyak perhatian dan simpatik dari kerabat-kerabatnya yang lain.

Kakaknya terjepit antara suami dan adik yang dicintainya. Pertengkaran terus terjadi dirumah itu. Suaminya bertengkar dengan ibu dan adiknya, sedangkan kakaknya tidak bisa membela siapapun. Rumah yang dia tinggali bersama adik dan ibunya adalah rumah suaminya. Kakaknya tidak mampu membawa adiknya dan ibunya untuk pindah karena kondisi mereka, dan tidak mampu meredakan amarah suaminya.

Mereka hanya bisa bertahan ditengah ketidak harmonisan keluarga. Mereka harus membesarkan anak-anak dengan kondisi rumah tangga yang diujung tanduk. Yang selalu berada diujung. Berkali-kali kakak ipar laki-laki itu mengusirnya. Berusaha menjauhkan istrinya dari adiknya yang tidak berguna. Menurutnya. Kakakiparnya berpikir, seharusnya laki-laki itu yang mengurus ibu mereka, namun laki-laki itu seolah melepas tanggung jawab dan meyalahkan nasip bukan diri sendiri. Memiliki anak dan tidak mau mengurusnya.

Kakak perempuan dari laki-laki itu terus melemparkan tali untuk adiknya keluar dari lubang. Terus memberikan kail untuk memancing ikan. Dia menjual rumahnya, untuk modal laki-laki itu membuka toko. Berkat bantuan kerabatnya yang lain juga, laki-laki itu bisa membuka sebuah toko. Laki-laki itu terus diberi dukungan untuk maju dan mandiri.

Seolah dewa sedang bad mood. Laki-laki ini kembali diberikan cobaan. Suatu hari dia sakit, entah sakit apa yang dideritanya. Dia merasa kepalanya pusing di jam-jam tertentu dan hampir pingsan. Dia tidak mampu lagi mengelola tokonya. Lagi-lagi kakaknya terpaksa membantunya. Dia menampung adiknya yang sedang sakit di rumahnya. Walau harus menanggung kemarahan suaminya. Berbagai upaya terus dilakukan agar adiknya sembuh dan bisa kembali bekerja.

Namun, sungguh sulit. Manusia itu sulit. Ketika kondisi keuangan kakaknya mulai menurun. Kakak ipar laki-laki itu berpikir kalau dia hanya pura-pura sakit. Tanpa belas kasihan kakak iparnya mengusir laki-laki itu dalam kondisi sakit. Bukan hanya laki-laki itu, namun juga anak autis dari laki-laki itu. Tidak ada tempat lain yang dituju selain rumah kerabatnya yang lain. Memohon belas kasihan dari kerabat yang lain.

Mungkin, menolong orang lain itu memiliki batasan. Ketika batasan itu mencapai puncaknya, dia akan benar-benar mengacuhkannya. Seperti kapal yang akan karam, dia akan melempar seisi kapal kelaut. Namun tidak menutup lubang yang ada dikapal. Sehingga hanya menunggu waktu untuk kapal itu tenggelam. Atau, menunggu waktu untuk mati kelaparan di kapal yang terombang-abing dilautan.

Dari jauh, kakaknya terus menolong adiknya. Memberikan dana untuk berobat dan sekolah anak-anaknya. Hingga kondisi kesehatan laki-laki itu membaik. Padahal kondisi keuangannya kakaknya sendiri mulai menurun. Laki-laki itu sedikit demi sedikit sembuh. Kerabatnya cukup tahu bagaimana sifat laki-laki itu, dan tetap menolongnya. Menolong semampu mereka. Laki-laki itu terus bertahan hidup. Namun sifat menjelek-jelekan orang dibelakang, ternyata belum hilang. Dia masih suka menggosipkan kerabatnya yang telah baik menolongnya.

Suatu ketika, kakak ipar laki-laki itu sakit, dan usaha kakaknya bangkrut. Ada kabar bahwa kakak mereka yang tinggal di luar negri telah meninggal dunia. Untuk mengurus keperluan kakaknya di luar negri dan suaminya yang sakit, akhirnya kakak perempuan laki-laki itu meminta pertolongan dia. Laki-laki itu dan anaknya  tinggal kembali dirumah kakaknya, membantu mengurus kakak iparnya yang sedang sakit.

Sampai kakak iparnya itu meninggal dunia. Dia terus tinggal bersama kakaknya. Kini, tanpa kakak iparnya, laki-laki itu hidup bebas dirumah kakaknya. Tanpa bekerja, tanpa mencari uang. Dia hanya mengandalkan kakaknya yang mulai sakit-sakitan untuk hidup. Sebagai gantinya terkadang dia mengurus sesuatu yang tidak perlu diurus dirumah kakaknya. Mengerjakan sesuatu yang tidak berguna.

Hingga kakaknya jatuh sakit. Sakit yang sama diderita oleh suaminya. Lucunya, laki-laki ini seolah tidak terlalu peduli. Dia menjaga kakaknya hanya sebatas formalitas.
Contohnya saja, ketika kakaknya baru masuk rumah sakit, dia tidak mau menginap dirumah sakit. Menyuruh keponakannya yang menginap, karena tinggal di rumah sakit tidak nyaman.
Laki-laki itu tinggal di lantai dua rumah kakaknya, menggunakan banyak lampu, memiliki 2 televisi untuk dia dan anak autisnya, memiliki 2 kipas angin tanpa perlu membayar listrik. Atau setidaknya membantu membayar listrik.
Seolah hidupnya kembali sejahtera. Dia tinggal di rumah kakaknya tanpa rasa malu.
Kakak dan keponakannya tinggal dilantai satu rumahnya, tidur disebuah kamar dengan 1 kipas angin, 1 lampu bolan kuning, dan televisi usang yang warnnanya dominan hijau. Terkadang tikus dan kecoa lewat dengan gembiranya.
Dan laki-laki itu tidak peduli dengan kondisi ini.

Suatu ketika laki-laki itu bertingkah sok bijak, dia menyarankan agar kakaknya diperiksa kerumah sakit swasta yang memiliki dokter lebih bagus. Keponakannya setuju, karena semua demi kesehatan sang ibu. Ternyata, Dokter menyarankan agar kakaknya harus dirawat di rumah sakit mewah tersebut. Mendengar hal tersebut, keponakannya hanya bisa menghelah nafas pasrah. Keponakannya harus memikirkan pengeluaran yang besar, ditengah ketidak mampuannya. Tuntutan keluarga-keluarga kaya yang "hanya nyuruh-nyuruh doang", seolah tidak memikirkan bagaimana keluarga itu bertahan hidup selama ini.

Dengan gampang laki-laki itu mengatakan, "tenang, buat masalah biaya gak usah dipikirin.". Ternyata laki-laki itu berniat untuk meminjam uang atau meminta uang kepada kerabatnya yang lain. Kerabatnya yang lebih kaya atau mapan. Dengan alasan kakaknya yang sakit, entah berapa uang yang dia pinjam. Karena kakaknya dirawat dirumah sakit mewah, laki-laki itu dengan suka rela menginap, menemani kakaknya. Katanya "ruangannya ber AC, enak buat tidur."

Di rumah sakit kerabat-kerabatnya seolah berkata sinis setelah mengetahui jika keuangan keluarga itu dipegang oleh keponakannya. Entah prasangka macam apa dan hasutan macam apa, kerabat-kerabat itu memojokan keponakan laki-laki itu, seolah keponakannya harus juga memikirkan pamannya yang bernasip "sial". Hal ini menjadi sebuah "kode" untuk satu tujuan yang ingin dicapai laki-laki itu.

Setelah kembali kerumah, kerabat lainnya datang berkunjung, dan melihat bagaimana kondisi kakaknya. Banyak komentar pedas terlontar ditelinga keponakannya. "Seharusnya kamu menjaga mama kamu, berikan dia yang terbaik selama dia masih hidup." Komentar pedas orang-orang, dan semua kondisi keluarga yang dia alami, membuat keponakan laki-laki itu mengambil alih semuanya. Dia mulai menjadi keras, pada laki-laki itu. Mengganti kasur, kipas angin dan televisi usangnya. Semua untuk ibunya. Dia menggunakan sebagian tabungan ayahnya untuk membuat kehidupan ibunya lebih baik. Berusaha tidak pelit kepana diri sendiri dan ibunya. Belajar mengelola keuangan keluarga, agar tidak defisit. Terkadang tangis saja tidak cukup. Dia harus menghadapi sifat serakah orang-orang disekelilingnya. Sifat egois dan malas.

Setelah ibunya keluar dari rumah sakit, keponakanya menjakan kondisi keuangan dengan cukup ketat. Laki-laki itu akhirnya merasa tekanan. Tidak ada uang karena tidak bekerja dan tidak tahu harus mengerjakan apa. Dia berusaha mendapatkan uang dengan menjual barang-barang yang ada dirumah kakaknya. Hal ini diketahui oleh keponakannya. Berusaha untuk mengerti, dan menerima. Tidak ingin memojokan pamannya yang tidak berguna itu. Dia hanya diam dan pura-pura tidak tahu.
Keponakannya menyadari bahwa paman yang dia kenal baik selama ini bukanlah paman yang baik. Paman yang bisa saja menusuk dirinya dari belakang, jika itu adalah salah satu pilihan.
Orang yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Berkata manis dan seolah berpura-pura menjadi orang baik. Entah rencana busuk apa yang sudah dia siapkan?

Kakaknya yang jatuh sakit, mulai jauh dari anaknya (keponakan laki-laki itu). Menagggap anaknya menjadi jahat dan galak seperti ayahnya. Kakaknya terus berpihak kepada laki-laki itu. Entah karena hasutan laki-laki itu atau apa. Kakaknya kini tidak lagi peduli pada usaha anak perempuannya untuk dirinya. Dia hanya ingat pada adik laki-lakinya dan berpikir adiknya akan mengurusnya sampai akhir hidupnya. Dia mengasikan anak perempuan satu-satunya disudut hatinya yang luas.

Keponakannya pun sudah muak dengan kondisi keluarga itu. Entah suatu hari akan seperti apa keponakan laki-laki itu. Menjadi jahat, dan tidak peduli lagi pada orang lain? atau akan tetap seperti ibunya yang bodoh melindungi laki-laki lemah yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri.

Berusaha untuk tidak seperti ayahnya, keponakannya memberikan uang pribadinya untuk pamannya memulai usaha. Usaha kecil yang bisa berkembang jika bekerja keras.
Berjualan tidak perlu modal besar, cukup modal seadanya dan tenaga. Tidak perlu keahlian khusus, hanya perlu menjual barang dan menyetok barang ketika habis. Berharap pamannya bisa kembali sukses. Atau setidaknya bisa membiayai hidupnya sendiri. Berharap pamannya tidak lagi berpikiran jahat.

Suatu hari, tidak ingin kalah dengan fasilitas yang didapat kakaknya dari keponakannya. Laki-laki itu memutuskan membeli AC dan merenovasi kamarnya sendiri. Semua uang untuk berfoya-foya itu didapatkan dari warisan kakak laki-lakinya yang meninggal di luar negeri. Laki-laki itu mendapat uang tanpa membaginya pada kakaknya yang sakit. Dia menggunakan uang warisan itu sendirian. Dari jalan-jalan keluar negeri hingga mengganti barang-barang elektroniknya menjadi lebih bagus. Sayangnya dia tetap tidak membantu membayar litrik dan wifi yang telah dia gunakan dirumah kakaknya, dan tetap meminta uang sayur bulanan pada keponakannya.

Keponakannya tahu dan hanya diam saja, tidak ingin mencampuri urusan keuangan orang lain. Walau dirinya terus merasa terancam akan kehadiran pamannya. Entah karena banyaknya cobaan hidup, hasutan dari orang lain, keserahakan pada harta, atau putus asa karena nasipnya yang tidak membaik.  Laki-laki itu, mulai mengharapkan harta kakak perempuannya.

Dia merasa berhak mendapat warisan dari kakak iparnya. Sehingga dia terus bertahan di rumah kakaknya dengan dalih "mengurus kakaknya yang sedang sakit". Dia memang membantu menjaga kakaknya yang sedang sakit, tapi seolah mengharapkan imbalan yang besar. Imbalan yang akan menjadi modal kehidupan dia dan anaknya kelak. Modal terakhir diusianya yang telah mencapai kepala 6. Tapi apakah itu pantas?

Kata orang "harta akan membuat orang buta", "karena harta, saudara kandung bisa salaing membunuh"
Dan itulah yang terjadi.

Dia mengatakan uang itu akan menajadi modal untuk kehidupan anak autisnya kelak. Tapi apakah benar?

Laki-laki itu berpikir, jika harta saudaranya adalah hartanya. Jika saudaranya kaya maka dia memiliki kesempatan untuk meminta walau hanya sedikit. Selama saudara itu sayang padanya, dia tidak malu untuk meminta. Dia lebih suka meminta dibanding berusaha sendiri.
Oh ya, gaya hidupnya juga tidak berubah. Tidak peduli bagaimana kondisi keuangannya, yang dia pentingkan hanyalah ego. Saat melihat uang banyak, matanya akan hijau. Tanpa malu meminta pada ponakannya. Seolah dia berhak atas uang keponakannya itu.

Bahkan sebelum kakaknya meninggal dia sudah mengeluarkan telapak tangannya untuk meminta uang warisan kakaknya.  Apa yang akan dilakukan keponakan laki-laki itu?


Hingga usianya kini, dia gagal menjadi seorang Pria. Dia tetap manjadi laki-laki manja yang bergantung hidup pada orang lain. Mungkin setelah kakak perempuannya meninggal, dia akan bergantung kepada anak perempuan yang dia abaikan selama bertahun-tahun, atau pada keponakannya yang telah dia sakiti perasananya. Menggantungkan hidup, dengan modal belas kasihan dan nasip buruknya dan anaknya. Atau dia akan mencari kerabat-kerabat kayanya yang lain?

Segala masalah hidup yang dia alami, tidak  membuat dia menjadi Pria dewasa dan bertanggung jawab.
Sedang wanita-wanita disekelilingnya harus menanggung semua tanggung jawab yang seharusnya dia pikul.

Kamis, 05 April 2018

Cheng Beng tahun ini, 2018

Aku hanya ingin mengingat
wajahnya yang di foto ini
Cheng Beng adalah adalah sejenis tradisi sembanyang leluhur. [menurutku] Secara umum adalah kepercayaan ajaran Khong Hu cu atau Budha.
Manfaatnya supaya kita gak lupa jasa-jasa leluhur kita. Manfaat yang lainnya, salah satu alasan seluruh keluarga berkumpul.  (・ิω・ิ)
Jadi semacem lebaran gitu.
Cuma Cheng Beng sembayangnya pake hio, kalo lebaran Solat. Kalo Cheng Beng sembayang di Kuburan atau Tempat Penitipan Abu, kalau Lebaran Solat di Mesjid.
Perbedaannya lagi sembanyang Cheng Beng gak harus di 1 hari, atau ada rentang waktunya. Kalau lebaran di rayakan 1, atau 2 hari untuk ekstra perayaannya. [sok tau lo]

 Aku gak tahu tahun ini mulai sembanyang Cheng Beng dari tanggal berapa, tapi terakhir sembanyangnya itu hari ini, Tanggal 5 April.
Gara-gara baru tahu minggu lalu, jadi aku sempet-sempetin Sembayangin papaku. [You-know-Who] (;´Д`)

Tadinya tuh emang gak ada waktu luang, karena awal bulan sebisa mungkin aku ga libur. Akhirnya aku ambil keduanya dalam 1 hari [hari ini], Aku sembayang pagi-pagi biar sorenya bisa dagang.
Kalau sembayangin papa tuh bisa setengah harian. Bukan sembanyangnya yang lama, tapi perjalanannya.
Soalnya papaku abunya di daerah Dadap. Udah masuk Tanggerang.
Kalau mau sembanyang aku mesti lompat dari Depok menuju pojokan Tanggerang. (;´༎ຶД༎ຶ`)

Yah, aku bela-belain bangun jem 4 dan berangkat sebelum jem 5 pagi. Niatnya biar gak desek-desekan di kereta atau dapet banguku gitu. Ternyata buat dapet banguku di kereta kurang pagi. [ngarep] (。>﹏<。)
Yah, setidaknya kereta gak padet-padet banget. Trus baru dapet duduk setelah lewatin stasiun tanah abang, beda 1 stasiun dari Duri tempat aku transit. Setidaknya sempet duduk sebentar. Naro pantat beberapa menit.
Untuk ke Dadap aku harus turun di Stasiun kali deres, jadi naik kereta yang ke arah Tanggerang.
Dari stasiun naik Gojek kira-kira pejalanan masih sejauh 14km.
Lomayan juga tantangannya. Dari stasiun Kalideras yang banyak pabrik-pabrik, ke Dadap yang banyak pergudangan. Jalan bareng sama berbagai macam truck. Dari trsk pasir, truk bata, sampe truk yang angkut kontainer super gede. Kira-kira bannya aja setinggi motor yang aku tumpangin. (。ŏ﹏ŏ)

Kenapa seniat itu?
Yah, habis papaku ga punya anak lagi, kalo gak aku yang sembayangin siapa lagi? (;´Д`)
Kasian juga kalo gak ada yang sembanyangin, sedangkan orang lain [yang udah mati]di doain. Dateng bikin altar sederhana bakar-bakar duid udah pulang.
Liat orang-orang bakar "koper" banyak banget. Aku cuma bakarin duid aja. Hehehe
Sambil lirik altar buatan orang lain yang full makanan, aku bisik-bisik ke papa. "pa, kalo bisa bikin aku sukses, tahun depan aku bakarin koper."  (๑˃̵ᴗ˂̵)ﻭ

Kepercayaannya roh leluhur akan menyertai keturunannya ato apa lah. Kaya melindungi atau menjaga gitu. Temenku ing-ing bilang "minta dilindungin yas, dia galak tapi kayanya dia mikirin elu juga"
emmm... gak penting sih itu, dilindungin ma dia apa gak. Yang penting dia seneng aja ada yang inget dan peratiin dia walau cuma sekali setahun. Aku juga gak sempet kasih dia apa-apa dari hasil keringetku sendiri. [kerja maksudnya] (︶^︶)



Kalau tahun-tahun lalu sih gampang aja, karena gak terlalu banyak kerjaan. Jadi bisa kapan aja sembayang, sekarang mepet-mepet tanggal udahannya[batas waktunya] baru sembayang. Gak sante lagi jalannya. (︶^︶)
Tidur cuma 3 jam semalam, paginya langsung berangkat. Walau gak mandi, setidaknya aroma badanku lebih mending dari pada debu dan polusi Jakarta. Kalo gak pake masker itu, seharian di Jakarta Upil jadi item. Apa lagi jalan kedaerah yang kaya gitu. Banyak pergudangan atau pabrik yang limbahnya gak jelas gimana, dan kendaraan yang asepnya super sekali. Cuma bisa pasrah aja melewati perjalanan hari ini.
Pulang sempet-sempetin makan dan tidur siang, baru buka kedai.

Super sekali hari ini. Aku jadi super woman. ٩(♡ε♡ )۶

Selasa, 03 April 2018

Ketertarikan lawan jenis

Topik ini aku angkat karena baru mengenal istilah "Platonic love". Aku mencari tahu dan menemukan ulasan teori mengenai ketertarikan lawan jenis.
Aku bahas di blog ini, biar teori ini jadi agak populer. ["agak" soalnya blog ini gak populer-populer banget] (^u^)

Dalam teori Psikologi sendiri jarang yang membahas "ketertarikan" secara spesifik. Ketertarikan sering dibahas dalam teori mengenai cinta. Seolah adalah salah satu atau bagian dari Teori Cinta. Yah, memang benar adanya, kalau "Ketertarikan adalah gerbang menuju Cinta"

"Ketertarikan" berhubungan dengan "daya tarik", dan ada beberapa teori psikologi yang membahas daya tarik, tapi bukan ini yang mau aku bahas. Yang mau aku bahas adalah "ketertarikan"nya
[Kalo lagi nulis skripsi, aku yakin dari awal kalimat sampe kalimat ini bakal di coret pake psidol bopen  merah.] ( ・ั﹏・ั)
Untung ini prolog blog, bukan pendahuluan skripsi ya.

Ada yang menarik dari artikel yang aku baca.
"Jika pria memandang anda lebih dari 8,2 detik, maka itu artinya dia sudah jatuh hati dengan anda. Namun jika hanya dalam 4,5 detik saja mereka sudah berpaling, maka anda tak perlu berharap banyak perhatian darinya." 

Hal ini tidak sama dengan wanita karena mereka cenderung lebih berhati-hati dalam menjaga pandangan dan mengekspresikan ketertarikannya. Dari artikel ini, terlihat ketertarikan dipengaruhi oleh gender dan waktu.
Ketertarikan menurutku adalah salah satu jenis "persaan", yang saling mempengaruhi dengan emosi [senang, marah, suka, atau sedih]. Coba baca lagi ulasan aku mengenai emosi dan perasaan. Ketertarikan bersifat subjektif, jadi dia termasuk kedalam perasaan.


Salah satu contohnya,
Ketika ada seorang wanita curhat pada temannya yang di kantor atau tepat kerja yang seorang Pria. Wanita ini menceritakan masalah rumah tangganya [menimbulkan emosi sedih, misalnya]. Kemudian membuat temannya yang seorang pria menjadi tertarik [rasa simpati atau tertarik].

Quotes 
Jangan sekali-kali kau berkeluh kesah tentang urusan rumah tanggamu dengan rekan pengajar lain apalagi yang berlainan jenis”, 

Faktor yang memperaruhi ketertarikan

1. Kondisi

Dari masalah diatas selain emosi mempengaruhi perasaan juga menandakan adanya unsur kedekatan fisik atau jarak yang mempengaruhi kedekatan. Dimana orang yang berlawanan jenis terikat dalam suatu kondisi dimana mereka harus selalu bersama [bukan pernikahan] melewati waktu bersama atau menyelesaikan masalah bersama. Seperti rekan kerja, atau teman sekelas. Hal ini juga bisa menjadi faktor timbulnya ketertarikan.
Kaya sinetron atau drama korea, selalu membuat alur dan kondisi agar kedua pemeran utama jatuh cinta.٩(♡ε♡ )۶

2. Fisik

Ada istilah "Cinta pada pandangan pertama" (at the first sight). Pandangan / melihat = melihat fisik. [kesimpulan sendiri] (*´∀`)
Sebenernya ketertarikan ini agak rawan karena biasa bersifat sementara. Ada yang lebih ganteng atau cantik cintanya terbagi. Harus ada faktor pendukung, atau faktor lain yang memperkuatnya agar ketertarikan bisa lebih mendalam. Ketertarikan fisik di tambah suasana hati yang mendukung bisa mempengaruhi kondisi fisiologis. Jantung berdetak lebih kencang, nafas tak beraturan dan lainnya bisa menjadi indikator yang mencerminkan suasana hati itu.

3. Persamaan dan Perbedaan

Jika ada kesamaan minta, nilai-nilai, kepribadian dan lainnya bisa membuat ketertarikan antara lawan jenis. Suka musik yang sama, suka artis yang sama, suka pada komik yang sama. Sehingga saat bertemu memiliki topik bahasan yang seru dan menarik bersama lawan jenis. Hal ini sudah biasa.
Ada beberapa penelitian atau pengalaman yang mengatakan kalau perbedaan juga bisa menimbulkan ketertarikan. Katanya karena adanya keunikan pada dirinya, yang tidak dimiliki dapat menggugah kekaguman dan perasaan saling melengkapi. Muncul perasaan saling membutuhkan atas kehadiran satu sama lain karena kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mungkin juga perbedaan ini menimbulkan emosi negatif yang lama kelamaan malah menimbulkan rasa suka, karena subjek yang kita benci terus menerus hadir diingatan kita.


Ternyata banyak faktor yang menimbulkan variable ketertarikan. Bahkan dari artikel yang aku baca, ketertarikan juga bisa dipengaruhi aroma. Mungkin yang ditinjukan iklan-iklan deodoran pria itu benar. Atau iklan pasta gigi.  ¯\_(ツ)_/¯


Jenis ketertarikan

Ada 5 jenis ketertarikan lawan jenis atau bisa dibilang jenjang. [Sumber]

1. Ketertarikan Aestetik

Keteratikan sesaat pada lawan jenis. Seperti keteratikan fisik, namun hanya sekilas saja. Tidak ada keinginan berhubugan atau dekat.
Contoh gampangnya, liat cowo ganteng di Mall. Cuma tertarik aja liat muka gantengnya. ٩(♡ε♡ )۶

2. Ketertarikan Platonik 

Ketertarikan pada lawan jenis in sense of family or friendship. Keinginan untuk peduli dan terus dekat tanpa adanya ketertarikan secara seksual. Sebatas saling care. Istilah Platonik dipopulerkan oleh Plato, dari Yunani. Platonik dikatakan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tulus, suci, dan menghargai. Nama kerennya"Friendzone".
Malah untuk anak-anak jaman sekarang [alay] istilah Friendzone sebagai sindiran atau istilah lain dari TTM. (๑•̀ㅂ•́)ﻭ✧
Katanya juga cinta Platonik itu gak diutarakan, kalo diutarakan namanya bukan platonik lagi. Emmm ( ・ั﹏・ั)

3. Ketertarikan Sensual

Adanya keteratikan yang berifat naluri atau ketertarikan untuk mendapat sentuhan seperti, ciuman, atau pelukan. Yah contohnya ketagihan untuk ciuman dengan seseorang atau apa. 
Atau mungkin kaya ketertarikan dari seorang laki-laki untuk mengelus-elus kepala wanita. ლ(´ڡ`ლ)

4. Ketertarikan Romantik

Ketertarikan yang didasar pada keinginan untuk berhubungan seperti pacaran atau menikah. Ketertarikan yang memiliki tujuan (goal) untuk berkomitment.  

5. Kepertarikan Seksual

Jenis ketertarikan yang hanya mengincar seks aja. Bisa terjadi karena faktor ketertarikan fisik, atau setingkat diatas Aestetik. Beda tujuan sama Ketertarikan Romantik. Kalo romantik targetnya jelas buat berhubungan, kalo seksual cuma mau "bobo bareng" aja. (^오^)


Sekian ulasan megenai ketertarikan pada lawan jenis. Semoga bisa membantu untuk mengetahui ketertarikan apa yang kita miliki pada seseorang.
(๑•̀ㅂ•́)ﻭ✧

Minggu, 01 April 2018

Kenapa susah banget nemu jodoh?

Ini ada tudingan om-om yang bikin kepalaku gatel. (◠﹏◠✿)
Gak tau deh maksudnya apa, dia kembali singgung-singgung lagi masalah yang cukup pribadi. Kaya masalah jodoh. Lebih spesifiknya mengenai "Persyaratan" pasangan yang ideal.
Entah, mungkin maksud dia mau bilang "gak usah pilih-pilih pasangan"
[dan semoga dia gak nyelipin maksud yang laen] (☉‿☉✿)

Yah aku percaya semua orang punya standarnya masing-masing, atau bahasa gampangnya "tipe" orang yang disukai. Tipe ini kadang menjadi syarat tak tertulis. Gak ada hitam di atas putih atau apapun istilahnya.
Nah, ada yang menyalahkan tipe-tipe [syarat-syarat] itu sebagai penghambat bertemunya jodoh. ╰(◡‿◡✿╰)

Sekilas sih, aku pikir masuk akal aja. Sebenernya aku mau berusaha untuk menyangkalnya. Rasanya gimana ya, kok kayanya berasa disalah-salahin.
Kalau lagi uring-uringan ngejomblo berasa diceletukin "lo sih pilih-pilih". (凸-_-凸)
Lah ya emang pacar atau calon pendamping hidup bisa gitu asal nyomot aja. Ketemu nyomot, ketemu nyomot. Kalo gitu mah jomblo udah musnah kali.

Bertahun-tahun gak pacaran, sebenernya karena udah pasrah aja. Paling nemu yang keliatannya oke rayu sedikit trus pacaran. Tapi pas liat kejelekannya langsung mundur.
Pilih-pilih?
Bisa jadi sih. (ಥ﹏ಥ)

Habis kan Pilih pasangan gak kaya milih baju di mall. Pilih baju di mall aja susah.
Tapi memang pilih pasangan mirip sama milih baju di Mall. Jadi aku kasih contoh pilih pasangan kaya pilih baju aja. Biar gampang ngertinya.
Contohnya, mau beli jaket, muter-muter satu mall belum tentu dapet yang cocok. Ada aja yang naksir tapi harganya mahal, ada yang mahal tapi gak suka dan gak nyaman, kadang berjam-jam bisa gak nemu.
Pilih pasangan, muter sana sini, ada yang ganteng tapi seleranya tinggi, ada yang cocok tapi pelit atau jelek.
Bedanya, kalo baju atau jaket cuma dipakai beberapa kali, dalam jangka waktu maksimal bertahun-tahun pake. Kalau udah jelek buang kan.
Kalo pasangan itu dipake seumur hidup, makin lama makin sayang, makin dirawat biar ga cepet "game over". Amin.

Masa iya, aku disuruh beli baju yang gak aku suka trus gak nyaman dipake kaya karung goni gitu, walau harganya murah. Trus pas dipake perasaan gak enak, hati gak seneng mau ngapa-ngapain jadi gak mood. Jadi pilih baju gak bisa asal-asalan, sama kaya pilih pasangan gak bisa asal-asal kan. ಠ_ಠ

Menurut aku, cari pasangan setidaknya memenuhi kriteria dasar dulu. [kaya milih baju]

Pertama, sesuai dengan fungsinya. Kalo beli baju itu liat dulu kebutuhannya, untuk apa baju itu di pakai. Kondangan? tidur? acara formal? acara non formal? atau cuma buat sekedar gaya-gayaan?
Jadi kalau cari suami, yah minimal kudu memiliki ciri suami yang main. Sesuai dengan fungsinya. Emmmm. Tunggu fungsi suami apa??? ah ya.. pencari nafkah. Oke minimal mau dan berusaha menafkahi diri sendiri. Gak apa-apa minta sama orang tua, atau sodara.
[next time aku mau ngomel-ngomel masalah minta duid sama sodara kaya]
Kalau milih istri yah minimal bisa ngurus rumah tangga. Ngurus keuangan atau bisa diandalkan dalam mengurus anak.
Kalau mau pilih pacar, yah memenuhi fungsinya aja, ada yang punya pacar cuma buat disuruh-suruh anter jemput. Ada yang punya pacar cuma buat pamer. Yah yang penting berfungsi dulu.

Kedua, kriteria yang lain yang wajib dimiliki. Kaya syarat khusus yang gak bisa dibantahkan. Kalau umpama baju itu kaya "kemeja kudu ada kerahnya dan kancingnya" kalo gak ada kerah dan kancing mungkin namanya blouse. Beda jenis.
Kalo pasangan tuh kaya "pasangan yang seiman", "pasangan yang satu suku", atau "kudu/harus wanita umur 17++", "kudu/harus pria lajang"

Minimal 2 hal itu lah yang kudu dijalanin kan. Sisanya kaya prinsip atau selera pemikiran masing-masing orang. Trus semakin banyak kriteria [syarat] yang diinginkan maka semakin susah.
Mungkin kaya milih baju dengan warna tertentu. "Maunya baju warna merah, yang cocok sama penampilan" atau " celana hitam aja biar cocok di paduin sama baju apa aja"
Milih pasangan juga gitu kali yah, "Maunya tuh yang putih, biar anaknya putih.", "mau yang cantik"
Jadi lebih spesifik sih. Kalau cari baju dengan ciri spesifik kayanya lebih gampang ketemu. Soalnya tinggal lewat lorong toko-toko di mall, lirik sekilas warna baju yang di cari, kalo ketemu warnanya baru liat modelnya dan lain-lain. [biasa kaya gitu]
Kalo cari pasangan mungkin kaya gitu juga. Random cari yang tampangnya menarik, baru liat yang lain-lainnya.
[mungkin ini salah satu alasan kenapa wanita suka make up kalo jalan-jalan.]

Tapi, buat aku syarat yang utama adalah "kenyamanan".(๑˃̵ᴗ˂̵)ﻭ
Ada orang yang nyaman pake baju berenda, ada yang gatel-gatel. Kalo pun terpaksa pake paling sekali dua kali pake aja, atau pas dipake tuh malah gak bahagia. Efek brutalnya jadi gatel-gatel satu badan. Untuk apa pake baju yang ga nyaman? gaya?
Jadi kalo aku sendiri milih pasangan yang bikin aku nyaman, pinter nempatin diri supaya orang lain nyaman. Nyambung diajak ngobrol, minimal punya kesukaan yang sama atau tujuan hidup yang sama. [balik lagi ke pippolicious]
Yah orang beda-beda sih. Ada yang rela aja gitu pake rok mini walau cuaca dingin. Ada juga orang yang bertahan dengan pasangan walau doyan mukul atau marah-marah. Tergantung kebutuhan dan tujuannya.
Jadi gak semua orang mementingkan rasa nyaman.

Rasa nyaman dan mempunyai tujuan itu dua variable yang berbeda. tapi bisa saling berhubungan atau mempengaruhi.
Aku mungkin susah mencari orang yang membuat aku merasa nyaman, jadi mungkin kalau ada variable tujuan yang sama, bisa menggantikan atau membuat variable nyaman. Atau bahkan aku mentoleransi variable rasa nyaman. [lo lagi bikin skipsi yas???] ( ・ั﹏・ั)

Gak tahu kenapa belakangan ini variable "Tujuan" memenuhi pemikiranku. Kayanya variable ini sangat penting dan hampir tidak bisa digantikan. Tujuan hidup.
[Berasa kaya sebuah "kunci" gitu] (・∀・)

Pada dasarnya manusia lahir dengan tujuan masing-masing kan?
Adam dan hawa aja punya tujuan, atau udah di kasih perintah secara jelas. Tinggal generasinya aja ini yang tujuannya kemana-mana.

***

Balik ke topik utama. Menurutku, selain variable [jadi kebiasaan pake kata ini deh] "Syarat" salah satu yang paling menentukan adalah persepsi dan pergaulan.
Why?


Persepsi
Kalo persepsi kita buruk terhadap sesuatu maka semakin susah kita menerima. Istilahnya jadi semakin keras kepala.
Contoh, pilih baju harus yang merah. Kalo gak merah gua ga pede.
Persepsinya udah buruk duluan terhadap penampilan. Kalau dia persepsinya bagus terhadap penampilan mikirnya "gak usah merah, pink-pink dikit juga oke lah."
Kaya milih cowo, "Gak kaya gak papa, yang penting rajin kerja" kalo persepsinya buruk "yah cowo itu harus kaya, baru bisa sama gua"

Kayanya Variable [ah kata ini lagi] persepsi lomayan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Kaya orang yang berpersepsi "Menikahi orang yang mencintai kita" atau "menikahi orang yang kita cintai"
Oke, kalau ada pilihan ini kayanya aku milih "menikahi orang yang mencintai kita". Why? Karena rasanya bahagia kalo di sukai atau dicintai seseorang, dibanding kita yang jatuh cinta. Jatuh itu sakit soalnya.
Masalahnya lagi, sampe sekarang aku ngerasa gak ada yang cinta sama aku. [ToT]
Balik lagi kepersepsi. Ada orang yang bilang "suka" atau "cinta" tapi pas ditanya "apa itu cinta?".
Atau "apa yang kamu suka dari aku?" Diem. Gak bisa jawab. (¯―¯٥)
Emm jadi dia sendiri aja gak ngerti sama apa yang dia rasakan. Gimana dia mau ngambil kesimpulan kalo dia Cinta?
Cuma buat ngerayu doang? 凸-_-凸
emmmm..... Maaf saya bukan tante-tante girang... saya cuma ABG lugu.
Aku menilai "perasaan" bukan dari kata-kata, tapi dari sikap.  [persepsi mengenai sikap orang]
Mungkin aku harus merubah persepsi kali yah biar gampang membuka hati ke orang. Gak usah mikirin variable ketulusan perasaan orang. Yang penting asal pilih, berguna dan lainnya.

[aku curiga itu om-om pengen aku mikir begini. "perasaan itu gak penting, bisa berubah"]
Emangnya gampang merubah persepsi orang?

Trus pergaulan.
Gimana ceritanya kita bisa ketemu orang lain kalau cuma bersembunyi dalam hutan?
Tar lama-lama nikah ma monyet bukan sama orang.
Intinya sih kaya bergaul gitu mungkin. Jaman sekarang ada sosmed, buat yang takut keluar rumah.
Yah kalau kaya di drama korea sih enak. Orang yang anti sosial bisa gampang aja gitu ketemu jodohnya. Kaya drama "Flower boy next door", cewe ansos di tempel sama cowo-cowo kece. (๑´ڡ`๑)
Dikehidupan nyata kalo jadi ansos makin susah ketemu jodoh dengan kriteria yang diinginkan.
Paling ujung-ujungnya di jodohin, trus pasrah mau dapet jodoh yang kaya gimana.
Istilahnya tuh, di jodohin sama monyet juga pasrah aja. Yang penting nikah.
Aku tuh mikir buat bergaul sama kalangan-kalangan yang kita-kita bakal cocok sama aku aja. Emang sih berteman sama siapa aja, tapi pilih jodoh gak bisa siapa aja. Kalau kita bergaul di tempat dugem, kemungkinan besar dapet jodoh orang dugem juga.


***
Nahhhhh...
Masuk ke bahasan yang seru nih. "pentingnya nikah" (・へ・)
Ini yang kadang bikin jones jadi gak punya semangat buat cari pasangan. Mungkin mau lah cari pasangan cuma sekedar status atau biar gak sepi.

Secara tertulis ataupun tidak. Dalam masyarakat ada persepsi
"kalo gak nikah itu berati belum ketemu jodoh"
Mungkin udah ketemu jodohnya, tapi gak punya alasan untuk nikah. Atau udah cocok tapi blom berkesempatan nikah. [makanya pacaran dulu] itu juga dinamain "belum jodoh"
Jadi "pernikahan" dianggap seperti "patokan". (;・`д・´)

Tapi buat apa nikah? [lebih masuk ke variable persepsi]
Nikah ribet, kudu terikat. Berasa buat suatu organisasi dengan banyak peraturan. Ya gak sih?

Mungkin istilahnya nikah itu udah sah dalam membeli baju. Kalau belum nikah, kaya baju yang udah dipegang tapi blom dibayar. Sudah booking tapi belum bisa dibawa kemana-mana/ keluar dari toko. Belum sah.
Enaknya sih masih bisa milih yang lain, tapi kasihan aja kalo baju itu kelamaan dipegang ternyata gak jadi dibeli. Atau takut baju itu malah jatoh ketangan orang lain secara paksa. Orang lain bisa aja bilang "Habis lo kelamaan mikir, mending gua aja yang bayar. Gua suka dan langsung mau beli, kalo perlu gua lebihin duidnya"

Fungsi utama nikah adalah memiliki. Mengclaim. 

Kalopun suatu hari baju itu dicuri orang, kita bisa lapor pihak yang bewajib dan mengambil kembali baju kita. Bedanya mau gak kita pake lagi bajunya yang bekas dipake orang jahat.
Kalo baju bisa kita buang, kalau pasangan???
emmmm... terserah lah itu.. tergantung persepsi lagi.
Orang nikah emang bisa cerai, tapi efeknya lebih buruk dari pada cuma buang baju. Ini yang bikin beli baju itu beda sama memilih pasangan.

Kalau baju kita gak suka tinggal buang, kasih orang atau jadiin kain lap.
Kalau pasangan adalah orang. Gak bisa seenaknya dibuang, kasih orang atau jadiin lap. Belum lagi kalo punya anak. Kadang mau seburuk apapun pasangan jadi ditoleransi karena faktor-faktor lain.
Kaya yang telah di janjikan saat pernikahan, janji yang dibuat bukan dengan orang tapi dengan Tuhan, "Akan terus bersama saat suka dan duka, saat sehat maupun sakit" jadi pas lagi duka gak bisa kabur dari pernikahan atau pasangannya.
Ternyata sih baru aku sadari, pernikahan disetiap agama juga beda. Walau pada dasarnya Tuhan tidak suka kalau ada perceraian, atau kaya memainkan janji ke Tuhan. Ternyata gak disetiap agama janji buat "setia" sampai mati. emmmm... males banget bahas ini. Apa lagi kalo beda kepercayaan. Jadi males nikah soalnya.
Di agama satu, pernikahan itu gak bisa di ingkari, sekali nikah gak boleh berpaling. Cuma sekali seumur hidup, kecuali pasangannya meninggal.
Di agama lain, pernikahan kaya proses jual beli aja. Kalau sudah punya yah sudah, mau aku buang atau aku apakan boleh. Jadi bisa cerai atau di ceraikan.
Jadi ngerasa pernikahan gak ada yang terlalu spesial. Kecuali kaya sah buah "berhubungan badan"

Pantes aja orang gak pusing-pusing banget buat nikah. Karena pikirannya simple. Gak ribet sama konsesuensi. [lagi-lagi perbedaan persepsi]
Kaya aku yang kebanyakan mikir konsekuensinya, jadi bikin banyak syarat. Tapi ada yang mikir nikah itu simple, jadi asal ada syarat dasarnya udah cukup.
Soalnya buat aku nikah itu janji seumur hidup, mungkin buat dia kalo gak cocok masih aman lah, bisa cerai. [mungkin]
Tar ada lagi istilah "kalau cerai berati gak jodoh"

Kayanya aku tuh mikitr kebanyakan, sedangkan orang yang udah nikah bilang "nikah itu biasa aja, gak ribet" berdasarkan pengalaman orang. Tapi banyak juga yang curhat pengenai pernikahan yang bikin "takut" dan "cemas".

Bagi aku nikah itu maunya urusan 2 orang aja yang saling berkomitment. Saling berjanji setia, saling mendukung dan menjaga. Salah satu cara yang aku pikirkan adalah "Pippolicious the adventure"
kenapa?
Karena perjalanan berdua aja sama pasangan. Gak ada unsur lain yang bikin pusing kaya orang tua.
[gak sipa punya mertua]


Mungkin dari bahasan diatas, bisa ditarik kesimpulan kalau mau nemu jodoh itu mesti,
1. Bergaol
2. Merubah persepsi
3. Membuka hati dan pikiran
4. Mencari tujuan yang tepat

Yah, semoga dengan kesimpulan ini bikin cepet ketemu jodoh.
[pesimis gitu ngomongnya] (。ŏ﹏ŏ)

Dendam salah alamat

Aku mau kasih judul "Dendam alamat palsu" sebenernya, tapi takut dimarahin sama Ayu tingting.
Aku memang mau ngebahas masalah sosial masyarakat yang aneh. Terutama mengenai balas dendam.
Jujur, sejujur-jujurnya, Aku memang pendendam orangnya. Kalo bisa bales dendam biasanya aku akan bales. Kalau orang baik sama aku, aku bales  berbuat baik.Kalau orang jahat sama aku, aku bales jahat sama orang itu. [walau ujung-ujungnya sama-sama sakit, setidaknya aku ga sakit sendiri]

Cuma ada yang bikin aku bingung. Ketika seseorang menyakiti orang lain karena dia dendam dengan seseorang yang pernah menyakitinya dulu.

Sebagai conton, tetanggaku [perempuan] pernah cerita mengenai saudaranya [laki-laki], yang sedang mencari pacar. Usianya udah lapuk juga, kurang lebih sekirat 40 tahunan. Padahal saudaranya itu sudah memiliki pacar di kampung. Katanya "mau cari pacar disini, biar semangat aja"
loh?
trus aku tanya "trus pacarnya di kampung gimana?"
"yah tetep pacaran."
"jadi selingkuh dong mba?"
"Iya, habis dia dulu pernah di tinggal sama istrinya buat nikah sama laki-laki lain"

??????

Jadi, tetanggaku yang seorang perempuan "membenarkan" sikap saudaraya yang laki-laki untuk balas dendam? Bahkan balas dendam ke wanita-wanita yang tidak berdosa?
Sedangkan dia sendiri seorang wanita. Lucu gak sama cerita ini?

Jadi suatu hari, jika suaminya menghianatinya dengan alasan "Dulu pernah di hianati mantanya." itu hal yang benar????

Kenapa harus orang lain yang menjadi korban? jika dia dendam sama mantan istrinya, bukan berati dia harus balas dendam pada orang lain yang cuma sama jenis kelaminnya.
Yah kalau mau balas ke mantan istrinya aja. Kasihan dong, ini malah korbannya 2 orang sekaligus. Sebel aja kalo kaya gitu mah.

Ada lagi cerita yang hampir mirip. Jadi ada seorang ibu yang punya dua anak, laki-laki dan perempuan. Dia sangat sayang pada anak laki-laki pertamanya, namun dia sering berlaku tidak adil pada anak perempuan keduanya. Setiap ada makanan dia selalu medahulukan anak laki-laki dan terkadang tidak menyisakan untuk anak perempuan. Kemudian dia suka melakukan kekerasan ketika sedang kesal dengan anak perempuannya. Ternyata setelah diselidiki, ibu itu adalah anak perempuan satu-satunya, dia memiliki 4 kakak laki-laki dan sangat disayang oleh keluarganya. Namun ibunya [sang nenek] memperlakukan dia sama seperti anak yang lain. Ibu itu merasa kalah nenek tidak sayang padanya sehingga tanpa sadar dia melampiaskannnya pada anak perempuannya. Atau mungkin dia berpikir itu cara yang benar dalam mendidik anak perempuan.

Terdengar tidak adil bukan?
coba renungkan dulu, apakah kita pernah berlaku tidak menyenangkan pada orang lain yang tidak berdosa?
Atau membalaskan dendam secara membabi buta?

Dulu aku pernah benci seseorang. Mungkin bahasa kasarnya aku dicampakan. Dibawa terbang tinggi kemudian dihempas begitu saja. Temanku berkata "Balaslah dendam, dengan menjadi cantik dan sukses. Maka dia akan menyesal telah mencampakanmu."
Aku gak tahu apa aku udah sukses membuat orang itu menyesal.
Tapi aku merasa balas dendam dengan cara itu adalah satu-satu hal yang bisa aku lakukan dan lebih baik.
Jadi hal yang negatif bisa membuat aku semakin positif.
Terdengar lebih menarik dibanding menghancurkan diri sendiri karena kesalahan orang lain.

Setelah merakukan riset di google [cuma baca-baca postingan orang lain sih] Aku merangkum di postingan ini.
Tipe-tipe balas dendam, semoga sih ini bisa membatu. Setidaknya balaslah dendam pada orang yang tepat dengan cara yang tepat. Contohnya aku rubah aja, soalnya balas dendam kan bukan sama mantan aja [kayanya contoh-contoh di google].

1. Balas dendam bermakna buat gue
Banyak yang kasih nama "Balas dendam gak makna", tapi gak buat aku. Bagiku ini kaya balas dendam yang berguna sih. Pada dasarnya balas dendam ini gak ngepek apa-apa ke subjek. Kayanya cuma bermakna untuk diri sendiri. Jadi anggep aja ini bermakna untuk diri sendiri dan gak merugikan orang lain juga.
Contohnya, kita punya dendam sama seseorang trus kita apus semua kontak, foto dan memblockir semua sosmednya.
Buat kita berguna, karena kita jadi lupa sama orang yang kita benci. Kaya membuang sampah aja. Tapi yah bagi subjeknya mungkin gak guna atau gak ngepek apa-apa. Mentok-mentok dia juga lupa.

2. Balas dendam pasif-agresif
Balas dendam yang terselubung. Pura-pura gak marah dan gak kesel tapi bikin bete si Subjek. Sebisa mungkin subjek gak curiga atau gak bisa mengelak dari kondisi yang kita buat.
Contohnya, kita benci dengan seseorang, kemudian kita deketin pacarnya, atau temen-temennya, atauorang-orang yang dia suka. Sedikit lebih kejam kalo kita ngehasut mereka untuk kesel atau benci juga sama orang tersebut. Atau bikin orang-orang disekitar subjek melakukan hal-hal yang dia benci.

3. Balas dendam aktif
Balas dendam secara langsung. Kebanyakan gak mikir efeknya, yang penting hati senang.
Contoh paling gampang, saat ada yang mukul kita, kita bales mukul. Ada orang yang menghina kita, kita hina balik.

4. Balas dendam konstruktif
Balas dendam yang kaya temenku sampein. Buat subjek menyesal dengan merubah diri sendiri ke arah positif.
Misalnya, kita di hina "bego" dikelas atau pas lagi main game, trus kita belajar pas ulangan dapet nilai tertinggi atau kita dapet score tertinggi di game. Pasti orang yang banyak bacot itu bungkam dan menyesal. Berharap aja ujung-ujungnya dia jadi muka dua trus kita balik acuhin dia. hehehe

5. Balas dendam ekstrim
Balas dendam dengan cara kejih, atau lebih parah. Secara fisik atau non fisik
Misalnya ada orang yang menghina kamu, trus kamu bunuh dia atau bikin dia cacat seumur hidup.
Jadi berlebihan gitu.



Dan gak ada yang jelasin kalo "balas dendam salah alamat" termasuk tipe balas dendam.
Kayanya itu cuma alasan untuk membenarkan tindakan-tindakan jahat yang di perbuat aja. Mengatasnamakan balas dendam. Padahal yang buruk adalah sikapnya sendiri.

Tapi katanya sih lebih bagus gak bales dendam. Katanya.
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo