Kamis, 21 April 2016

Adventure in Central Java, Alone Solo Trip (Petualangan di Jawa Tengah)

Java dalam bahasa Indonesia adalah Jawa. Kata yang sangat tidak asing di telinga kita, karena suku jawa tersebar hampir diseluruh pelosok Indonesia. Untuk petualangan ini aku sudah membukan banyak sekali situs dan tak terhitung berapa kali aku membuka google map. Dan dari semua itu aku mempelajari banyak hal, salah satunya "aku gak akan nulis prolog umum, muter-muter, dan kepanjangan. Jadi basa-basinya cukup putus diparagraf ini aja.

Petualanganku seharunya dimulai pada tanggal 23 April 2016,  satu hari sebelum ulang tahun sahabatku. Aku ingin memeberi dia kejutan saat hari ulang tahunnya, namun semua gagal total.
Aku sudah memepersiapkan semuanya, dari rute, tempat wisata, sampai hotel tempat menginap sementara di Ssemarang. Dan semua itu gagal di awal, karena ketinggalan kereta.
Menang waktu itu aku lagi tertimpa bertubi-tubi ke'apesan'.
Aku mendapat tamparan yang membuatku sadar kalau aku melangkah mundur dalam hidupku. Dan aku mulai berpikir tentang semua apa yang telah aku jalanin dan jadi apa aku sekarang.

Walau gagal aku tidak menyerah pada takdir, biar bagaimanapun harus tetap melaksanakan misi "petualangan' ini. Umurku  sudah 25 tahun, tapi aku belum kemana-mana, bahkan negara tempat aku tinggalpun belum aku jelajahi semua. Jadi aku tidak ingin membuang banyak waktu. Dengan penghasilanku yang kecil dan gak jelas, aku nekat  berpetualang ke Jawa tengah sendirian.
Gak cuma satu orang yang bilang "kok berani sih?" atau "kamu pergi sendirian?"
dan aku cuma merespon "hehe, iya"

Kenapa harus sendiri? 
Kenapa sekarang?
kenapa seheboh ini?

Banyak faktor yang menyebabkan aku berpetualang sendiri.
  • Aku tidak mempunyai teman sepikiran dan senekat yang bisa di ajak berpetualang..
  • Terkadang "Wanita butuh jalan-jalan sendiri."
  • Mencari sesuatu dalam diriku. (misalnya jodoh ^^)
  • Butuh sesuatu yang baru untuk hidupku.
Alasan yang paling kuat untuk aku melangkah adalah "Waktu"
Kita gak tau berapa lama kita akan hidup, dan berapa lama kita sehat. Sebelum aku menghabiskan kontrak hidupku, aku ingin keliling dunia, menikmati indahnya alam di bumi ini. Melihat dan menghidup udara segar di perbukitan yang indah dan luar biasa.
Mungkin sebagian orang menghabiskan waktunya untuk mencari uang dan kemudian bersenang-senang, namun aku ingin menikmati hidup denga caraku sendiri.
Aku gak mau menghabiskan waktu menunggu orang-orang itu. Setidaknya aku ingin mencicil cita-citaku ini selagi bisa.

dan terjadilah, aku berangkat tanggal 10 Mei 2016, ke Kota Semarang.
Karena takut terlambat aku berencana berangkat dari rumah jam 5 pagi, tapi papi menyarankan jam 4 pagi, maka terjadilah aku berangkat jam 4 lewat dan samapai di stasiun senen setengah 6 pagi. Sedangkan kereta jam 7 pagi. Aku kepagian.
Dengan promo tiket online, aku hanya membayar 137.250 rupiah untuk perjalanan pergi. Dan tanpa membeli tiket pulang, karena baru setengah perjalananku yang terencana. Aku gak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di Jogja.

Kudus, Semarang, Jogja tiga kota itu aku akan berkunjung.
Dientri ini aku akan bercarita tentang perjalananku di tiga kota itu. Aku gak janji bisa singkat ceritanya, jadi aku kasih Link menuju entri khusus, buat hal-hal yang penting di dalam perjalanan. Terutama untuk seorang wanita yang sendirian jalan-jalan di kota yang asing.

Perjalanan Dari Jakarta ke Semarang di tempuh kurang lebih 7 jam . Alat tempur yang harus disipkan adalah bantal leher (menghemat daripada sewa bantal sama kereta), snack (ngemil cantik), makan siang (dari pada makanan kereta), film (biar lupa waktu)
tapi tetep aja, pantat sakit, kaki pegel duduk 7 jam di kereta ekonomi.

Semarang, pertama aku menginjakan kaki  di stasiun semarang Tawang. Semarang memiliki 2 stasiun, Poncol dan Tawang. Jaraknya gak terlalu jauh kalau naik kendaraan, kalo jalan pasti capek (mengingat aku bukan elf, dwalf atau orc yang ada di lord of the ring, yang bisa lari beratus-ratus kilo meter tampa henti.)
dari blog orang yang aku baca sih ongkosnya sekitar 3ribu  menuju antar stasiun, tapi saran aku sih kalo jarak jauh naik Trans Semarang aja..
untuk mengumpulkan keberanian dan memahami tempat dengan lebih baik, saat buka google map klik lah tempat yang kamu tuju trus lihat gambarnya dengan seksama. jika ada tulisan "View street" maka klik lah.. jika kuota banyak dan sinyal bagus maka kamu akan melihat gambar kondisi wilayah yang sesungguhnya.
hal ini membantu aku akrab dengan tempat tujuanku. Aku merasa gak terlalu bingung.
Saat keluar stasiun, aku memposisikan diriku sebagai warga asli Semarang, yang sudah hafal wilayah Semarang (padahal belum). Saat keluar stasiun maka ada puluhan orang yang sok akrab dan sok kenal memanggilmu dan menawarkan tumpangan taksi.
Untuk orang berduid yang gak sayang sama duidnya, silahkan saja ikuti mereka. Tapi buat yang sayang duid dan tidak ingin merasa rugi hindari mereka. Maka saat itu aku menolak dengan tegas, pura-pura gak mendengar mereka dan terus berjalan ke arah kanan dari pintu keluar. Seolah aku tahu jalan (memang tahu sih).
Kenapa ga ke kiri?
Di sebelah kiri Stasiun Tawang terlihat jelas pintu keluar (pagar stasiun).. di sana sudah berbaris taksi dan kendaraan yang menawarkan tumpangannya. Memang mengirukan untuk lewat pintu itu, namun untuk tujuanku itu jalan yang salah.
Aku tiba hampir pukul 2 siang, Dimana perut udah meronta pengen diisi, jadi aku mau cari makan dulu.
Di sebelah kanan stasiun terdapat halte Trans Semarang.. Jadi yang ingin langsung naik trans semarang, berjalanlah ke arah yang benar.
Aku berjalan ke kanan stasiun dan menyebrang, melewati danau (atau kali). Di sana aku siapinlah Google map soalnya target aku lumpia gang lombok. Perjalanan menuju gang lombok aku melewati gereja Blenduk yang sekarang namaya Gereja Immanuel. Gerejanya lagi rame karena hari minggu.

Aku udah catet semua kuliner khas semarang, dan lumpia itu salah satunya.  Agak sedikir nyasar pake google map karena memang selalu begitu, yang penting akhirnya sampai di tempat lumpia. Yang mengecewakan ternyata lumpianya habis. Di samping kios lumpia ternyata "Mie Siang Kie" itu termasuk dalam daftar kuliner, jadi aku makan mie pangsit di kios Mie Siang Kie.
oke kiosnya gak gede,, cuma ada 3 meja (2 besar 1 kecil) kalo ada bangku kosong duduk aj, dan makan. Pelayanan lomayan, tapi jangan harapkan senyuman dari suk-suk (bapak-bapak) di sana. Aku mau senyum dan ramah kaya apapun gak dibales sama tuh orang. Kayanya jiwanya udah gak di toko itu. Setidaknya aku seneng bisa makan.
Setelah makan aku panggil Go-Jek menuju rumah mertuanya sahabatku, karena sahabatku nunggu disana dan kita mau berangkat bareng ke Kudus rumah sahabatku.
yang praktis adalah, saat kita gak tau jalan, tinggal bukan aplikasi gojek dan jemputan datang.
sampai dirumah itu aku sih gak terlalu nyaman, karena yang akrab cuma sama temenku aja.. mau SKSD sama orang-orang itu agak gimana gitu... udah gak mood, kalo bukan karena temenku, mending aku naik bis ke Kudus sendiri.
ada beberapa blog juga yang cerita kalo orang Semarang itu gak terlalu ramah, dan aku ngerti kenapa. Mungkin gak semua orang begitu, tapi orang Semarang yang aku temui begitu.
to the point aja, aku bukan orang yang bisa menyembunyikan rasa gak suka aku, kalo aku udah gak suka pasti orang lain juga berasa, dan bodo amat sama pemikiran mereka, karena mereka bukan siapa-siapa di hidup aku. Aku juga males berusaha merasa nyaman bersama mereka.
Aku sih gak ngeluh sama temenku itu, soalnya kasihan dia jadi orang tengah yang kejepit antara aku dan keluarga tambahannya itu. Toh dia juga pasti berusaha senyaman mungkin sama keluara itu.
ya.. mereka bukan orang-orang jahat, dan aku gak pernah bilang  mereka jahat, cuma gak cocok aja sama sikap mereka.

Dan intinya, malem itu kita dianter ke Kudus dan tidur di rumah temenku. Akhirnya aku bisa bergerak bebas. yah walau gak bebas-bebas banget karena ada satu "alien" lagi.. yaitu lakinya temenku.
yaaaa.... dia gak jahat... kaga.. aku gak pernah bilang gitu.. cuma gak suka aja sama orang begitu. Terlalu pendiem, seolah menyimpan sejuta rahasia dan sejuta kebencian. Aku gak bisa nebak apa yang dipikiran dan selalu takut bertingkah salah di depan alien itu. Mungkin secara  ilmiah bisa dijelaskan kalau dia itu anak IT dan aku anak Psikologi.. aku bergaul dan biasa berkomunikasi sama manusia dan diabergaul dan berkomunikasi sama komputer dan perangkat keras lainnya. Jadi dia minim ekspresi. ahhh....
intinya, aku berusaha menganggap dia gak ada . ----> gosip emak-emak abis.
emang si ngerasa gak enak, udah numpang tidur di rumah orang tapi bersikap gak ramah sama orang punya rumah, cuma mau gimana lagi, aku gak ngerti cara bersikap sama orang-orang itu.
kalo bisa menghindar aku udah pergi jauh-jauh.
oke lupakan masalah Alien.

Tibalah di Kudus.
Malam itu aku gak terlalu bisa tidur dan esokannya aku memutuskan untuk jalan-jalan aja di sekitar Kudus. bermodah jalan kaki, karena aku belum menguasai kendaraan umum sekitar Kudus. Kudus itu kota kecil, cuma kalo keliling jalan kaki capek juga.. (mengingat aku bukan frodo, sam, pipin dan marry di lord of the ring yang jalan beratus-ratus kilo meter menuju Mordor)
Dari Rumah temenku yang gak jauh dari Alun-alun simpang tujuh kudus menuju Tugu Identitas Kudus.
Jalan dengan mood bagus (setelah gak melihat alien) gak berasa udah sampe. Tugu itu letaknya ada di depan Matahari, samping Hypermart satu-satunya di Kudus. Tugu itu cuma bangunan menjulang keatas yang bentuknya kaya piala gitu, didalamnya ada beberapa keterangan tetang kota Kudus dan just it.
aku duduk sebentar untuk melihat posisiku dan Musium Kretek salah satu wisata yang ada di Kudus, karena jaraknya gak jauh aku jalan kaki lagi, dan ternyata kenyataannya aku lelah Jalan. Sepanjang jalan aku berpikir seandainya aku mengendarai sepeda, pasti gak akan terlalu capek.
Kondisi waktu itu gak terlalu panas, mendung-mendung mau hujan, ini cukup membantu.
Akhirnya aku sampai di Musium Kretek dan mulai foto-foto. Masuknya gratis kok, tempatnya enak buat sekedar nonkrong-nongkrong ala anak alay gitu. Dalam musium hanya terdiri dari satu ruangan, dan ada 4 patung ibu-ibu  tengah ruangannya.

Aku mulai dari sebelah kanan, ada replika kendaraan jalan dulu untuk mengangkut rokok, dan patung bapak-bapak jualan rokok. trus ada lemari kaca di atas meja persegi yang menunjukan bungkusan rokok dari jalan dulu sampe sekarang. di belakangnya ada miniatur yang menceritakan pembuatan proses pembungkusan rokok. Walau hanya satu ruangan tapi isinya banyak. ada contoh rempah-rempah rokok, foto tokoh-tokoh rokok gitu, dan lebih banyak replika lagi.
Habis dari museum aku jalan, karena gak ada kendaraan umum yang lewat di depan musium. Perut udah laper, pas liat restoran ada tulisan "Garang asem" langsung lah masuk dan makan. garang asem salah satu kuliner khas Kudus. Harganya 25 ribu, termasuk kedalam garang asem, nasi dan es kelapa. Setelah makan tenaga kembali pulih, perasaan pun jadi enak. Aku alan sampe ketemu jalan besar yang ada kendaraan umum dan naik lah kendaraan umum. kalo gak salah warna ijo. Di sana kendaraan umum dilihat dari warnanya, rute aslinya gak tau si, tapi kalo mau ke alun-alun warna hijau, mau ke menara mesjid kudus angkot ungu trus kalo mau ke daerah yang gak aku tahu warna kuning. Dan angkot-angkot warna ini semua menuju terminal Kudus. (akhirnya aku juga liat ada angkot yang warnanya pink dan biru, kayanay menuju Jepara)
Habis ngobrol sama abang angkot akhirnya aku memutuskan beli Jenang Kudus dulu buat oleh-oleh. Jenang itu kaya dodol gitu lah, cuma dari Kudus. Yah senagaja juga si, biar gak buru-buru balik ke rumah temen, mau menyiapkan hati dulu.

Esokannya aku mulailah petualangan panjang menuju Semarang lagi.
Niat baik temenku minta tolong kelakinya buat anterin aku ke terminal buat naik bis ke Semarang, tapi itu malah jadi petaka buat aku. Berangkat diburu-buru dan dianterin ke terminal yang salah, akhirnya aku tetap menggunakan angkot menuju ke terminal Kudus.
Sampai di termial aku salah turun, harusnya turun di dalam terminal aku malah turun di luarnya, salahku juga gak tanya orang (malas bertanya sesat di jalan). di depan terminal seorang calo yang menawarkan jasa taksi, dengan uang 20ribu dia akan mengantarku sampai Semarang. Jika naik bus kurang lebih ongkosnya hanya 10ribu, lagi pula aku agak takut di tipu. Tapi ada seorang ibu-ibu baju merah yang juga di tawari tumpangan itu. aku mulai galau, pikiranku juga curiga jangan-jangan ibu ini komplotan si supir dan calonya. ibu itu tampak bingung juga dan berusaha menawar. aku makin galau. kalau naik bis 10 ribu kalau taksi 20 ribu. kalau bus lama dan rame kalo taksi adem cepat dan gak rame. Aku masih 50:50 sampai aku tanya "kapan jalan bang?"
"Tunggu satu orang lagi." kalau di pikir memang carter taksi dari semarang kekudus bisa 100-150 ribu kalau pakai argo bisa 200-250 ribu. jadi wajar aja ini abang nunggu 3 orang buat jalan balik (3 x 20=60ribu gak terlalu rugi abangnya). Akhirnya aku memutuskan coba taksi aja, dengan memfoto plat taksi dan di kirim ke temen. Jadi kalo aku di culik polisi bisa cari. Mulailah perjalananku ke Kota Semarang. Agak sulit mempertahankan kesadaran di tengah udara dingin dari AC dan sisa rasa capek dari jalan-jalan di Kudus kemarin. Mengunakan taksi memang sangat cepat dan nyaman. Sampai di Semarang aku tidak turun di terminal Terboyo, melaikan di depan Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Di sana ada halte trans Seamarang. dan disini pertama kali aku naik Trans Semarang. Tiketnya masih manual dengan harga 3.500 rupiah. Dari sana aku menuju Lawang Sewu. sekali lagi aku malas bertanya dan duduk diam di trans Semarang saat melewati Lawang Sewu baru aku sadar harusnya aku turun, tapi apesnya bis ramai dan aku gak bisa keluar. Aku keluar di pemberhentian selanjutnya, jadi aku jalan sekitar 1,3 kilo untuk menuju lawang sewu. gak terlalu rugi juga, aku bisa melikmati udara dan pemandangan bagus di pinggi jalan. Banyak deretan kios bunga dan rumah di perbukitan, hati terasa ringan. Samapai di dekat lawang sewu aku foto bersama Tugu Muda.
Masuk ke Lawang Sewu memerlukan biaya 10 ribu. Mulailah petualangan di lawang sewu. Dan aku lupa mau sekalian masuk keruang bawah tanah dengan biaya tambahan 40ribu.
di Lawang Sewu banyak anak sekolah yang sedang foto, mungkin buat foto tahunan mereka. Aku agak susah foto karena banyak anak-anak itu. Dan di Lawang Sewu gak kaya di musium kretek, lawang sewu banyak banget ruangan dan gak kepake (mungkin bisa di pake buat mesum *eh). Cuma gedung A dan B yang ada benda-benda pamerannya. Gedung C nya kosong kayanya si gedung ini tempat masuk ke bawah tanah itu. Kayanya kalo tempat ini di jaiin hotel atau kos-kosan bagus deh...
Yah aku termasuk orang yang gak peka masalah mistis, aku cuma menilai dari kondisi bangunban saat itu, gedung C jauh lebih kosong di banding gedung lain, penerangan juga kurang, karena hanya mengandalkan cahaya dari luar gedung, dan viewnya cocok buat bikin film horor. Dan gosipnya memang di sana banyak penunggunya, karena saat jalam penjajajhan Jepang tepat itu untuk membunuh tahanan. Jadi ruang bawah tanah lawang sewu itu tadinya untuk ruang pendinginan saat Jaman penjajahan Belanda namun saat Jalan penjajahan Jepang digunakan untuk menenggelamkan tahanan. Agak sedikit menyesal gak main keruang bawah tanah, tapi takut juga. Takut di culik sama takut suasannya sama takut gak bisa balik ke atas lagi. hahaha..
Keluar dari lawang sewu aku agak zong, pengen makan Asem-asem Koh Liem.  Ini semua karena terlalu fokus sama panduan blog (bilang aja keras kepala), harusnya aku makan aja apa yang ada di sekitar sana, warung koh liem itu jauh dari lawang sewu, dan aku kesana menggunakan becak, untung bisa nawar dengan harga 15ribu. Cuma masalahnya abang becak itu bikin kesel dan ga nyaman. pertamyanya si ngobrol-ngobrol lama-lama di tanya "habis dari koh liem mau kemana?"
ya aku jawab "mau ke Sam poo kong"
"Nanti kalo mau ke sam poo kong saya antar saja, nanti diskusi harga lagi"
whaaattt?? siapa bilang aku mau naik becak ke Sam Poo Kong. Aku berusaha menolak dan dia maksa. Dari situ aku ga suka.
Makan Asem-Asem pun rasanya udah agak gak konsen. Ternyata tempat makannanya kaya warteg gitu, banyak makanan di etalase dan ada menunya, salah satunya asem-asem. Minum es jeruk, asem-asem sama nasi aku merogoh kocek 40 ribu (mahal). Di sana aku berusaha mesen Gojek (dalam tempat makannya miris sinyal) supaya gak ketemu sama tukang becak horor itu lagi, sialnya batre hape habis, mau ngechas gak bawa charger, bawa powerbank gak bawa kabel USBnya, sialnya gak bawa batre cadangan (semua karena diburu-buru----> + teledor). Untungnya aku masih ada hape cadangan. Aku harus download ulang gojek dan masuk ke akun gojek. Lagi panik dan bingung pelayan restoran itu nyebelin banget, sok akrab banget. kondisiku lagi gak baik buat beramah tamah sama orang rese si.
Satu jam lebih aku gak berhasil pesen gojek, aku putus asa dan jalan kaki aja, aku gak tahu menuju mana sambil terus berusaha pesen gojekan d setelah keluar dari daerah karang anyar barulah aku bisa konek dan pesen gojek, kayanya daerah sana ada penagkalnya atau daerahnya ga bisa di masukin akses gojek. Aku nyasar sampe jalan MT Haryono. Aku pesen gojek dengan sisa kepercayaan diriku. Pas abangnya menemukanku aku baru bisa bernafas lega. Aku di bawa ke sam poo kong sama abang gojek + dapet penutup rambut lucu.
Di Sam Poo Kong udara seger, hati jadi lega balik ke jadwal. Dengan uang 5ribu aku bisa masuk ke Sam poo kong. Angin sepoi-sepoi duduk di kursi bawah pohon rindang banget, rasanya mau tidur rebahan di kursi. Sam Poo Kong luas banget, kaya lapangan bola. Bedanya ada bangunan-bangunan yang gentengnya unik. Tempat sembayang beda sama arena mainnya. Buat tempat sembayang gak sembarang orang bisa masuk. Di sana ada beberapa patung, 3 dewa di samping kiri dan 3 dewa di samping kanan. Ada 2 patung di tengah-tengah arena pengunjun, dan 1 patung besar, patungnya Laksamana Zheng He di agak pojok depan gedung sembayang yang paling pojok (gak yakin orang ngerti penjelasan aku deh). Aku betah berlama-lama disana.  Seharusnya aku mulai berjalan menuju Pagoda Buddha Gaya Watunggo, tapi langit mendung banget dan waktu udah pukul 3 sore. kalo kau kesana butuh waktu 30-45 menit jalan-jalan dan pulang pasti bisa malam sampai kudus. Aku takut gak ada bus pulang ke kudus malem-malem. Jadi aku menetap lebih lama di sam poo kong, sampe rombongan anak sekolah berbaju pink muncul. Aku pesen gojek sampe tempat beli oleh-oleh di jalan Pandanaran. Yang terkenal kata blog google si Bandeng Juwana, aku pergilah kesana.  Dan ternyata bandeng itu mahal hahaha.. ada banyak macemnya si, ada yang tahan 2,3 hari ada yang tahan 3-4 bulan harga perkilonya berkisaran 100-200ribu. Yang 2,3 hari aku beli sekilo buat sodara ku di Jogja, jadi niatnya di Jogja nginep di rumah sodara, biar hemat. Bandeng buat ongkos nginep sekalian oleh-olehnya gitu. Aku beli sekilo karena gak tau boleh beli setengah kilo aja.. Pas tau aku beli setengah kilo buat di rumah. yang tahan 3-4 bulan. Sekalian beli Wingko babat buat oleh-oleh orang kudus.
Dari tempat oleh-oleh aku jalan cari tempat trans semarang, dari halte itu aku tahu ternyata kalo mau keterminal Terboyo naiknya di halte lain. Jadi aku jalan mencari halte lain yang bisa keterminal Terboyo langsung. yah setidaknya aku melewati pusat pemerintahan kota Semarang dan Foto-foto gak jelas di gedung DPRDnya.
Aku baru tahu, sepertunya halte trans Semarang baru mau mulai pake karcis elektronik, jadi bayarnya tetep tapi karcisnya agak beda sama yang pertama kali aku naik. Udah ketemu bus aku anteng lah keterminal Terboyo menuju Kudus. Trans Semarang udah lomayan banyak jadi kadang gak perlu nunggu lama udah dateng busnya.
Perjalanan  di Semarang  berhasil dan aku  merasa lega, semua kesusahanku udah terlewati dan aku menikmati perjalanan kembali dengan lega.
 
esokannya hari aku rehat di Kudus.
Tapi aku malas berdiam diri di rumah temen, aku jalan-jalan sekali lagi mengelilingi kota kudus. Kali ini sasaranku tempat Susu Muria. Aku jalan mengikuti petunjuk Google map. Pas sampai aku gak sangka itu tempat kandangnya, aku pikir cuma tepat jual susunya aja. Seperti ada letupan kembang api di dadaku melihat banyak sapi berwarna hitam dengan bercak putih (atau putih dengan bercak hitam) .huuuuaaaa~~~ Aku seneng banget liat sapi... pas beli susunya aja aku deg-degkan.. (lebai).
karena sapinya bau aku gak bisa pegang atau guling-guling bareng sapinya.
Aku pulang bawa 4 kantong susu (2 kantong susu ori, 2 rasa coklat-----. habisin sendirian) harganya juga gak mahal, cuma 3 ribu buat yang ori 4ribu lebih beberapa ratus buat yang coklat.
kalo yang ori berasa susu aslinya, kalo yang coklat rasanya kaya susu beli di supermarket gitu.

Abis itu jalan sebentar ke pasar belakang Matahari, lupa namanya.. ada kok di google, dari sana naik angkot ungu menuju Menara Mesjid. emmmm Menara Mesjid. it's nothing special. Hanya bangunan menjulang berwarna coklat dan banyak pedagang supenir di sekitarnya. Aku cuma foto trus pulang naik becak karena cuaca panas banget. Sisa hari itu aku habiskan hanya untuk guling-guling dan nonton drama korea (School 2015 Who are you?) ---> anggap itu istirahat untuk perjalanan selanjutnya.

Aku berangkat sekitar pukul 8 pagi menuju Jogja. Bus langsung dari kudus menuju Jogja ada namun adanya pukul 6 sama 12 siang. kalau menbunggu sampai pukul 12 kelamaan. jadi aku keterminal Terboyo dulu mencari Bus ke Jogja. Bus menuju Jogja ada 2, (nusantara patas AC) dan Ramayana (biasa) harganya kurang lebuh beda 20ribu lah... tapi lebi nyaman dan cepat paras AC nusantara.
karena tudak tahu dan salah langkah aku berurusan dengan calo bus di terminal Terboyo. Harga bis yang seharusnya 30rb(Bus Ramayana) aku malah bayar 2xnya. (aku berusaha gak terlalu kecewa, kesal dan menyalahkan diri sendiri.)
ada sisi positifnya, Bus Ramayana Menggunakan AC alam (angin dari jendela bus), jadi bisa menikmati segarnya udara pergunungan asli selama perjalanan dan relatid sepi. Sisi negatifnya busnya lama, doyan ngetem, banyak penjual dan pengamen rese, (penjual maksa dan pengamen gak sopan orang lagi tidur di bangunin)
Perjalanan sangat lama aku rasakan, drama korea pun habis di tonton selama perjalanan itu. Aku juga sempet beli jajanan Getuk di Magelang, sampe ada penjual getuk lain yang maksa aku beli lagi padahal aku udah beli getuk 3 bungkus. Mungkin penjual itu gak rela aku udah beli di tempat lain. tapi tetep aja aku gak suka sama penjual yang suka maksa.

Sekitar pukul 2 siang aku sampai di terminal Jombor pinggiran Jogja, aku naik gojek aja ketempat makan yang ada di blog "Angkringan" niatnya mau ke angkringan Lik Man malah di anter ke Angkringan "Lik No" deket stasiun Yogyakarta. yah berhubung deket sama rumah sodaraku juga si, jadi aku sante aja.
disana makan nasi kucing campur tempe sama telor puyuh dan minumnya Wedang jahe (lagi males minum kopi) aku rogoh kocek 10 ribu.. di sana nyaris gak ada cewe.. cuma ada laki-laki.. lomayan cuci mata, ada cowo-cowo bening gitu.. tapi masalahnya aku udah kucel banget selama perjalan panjang Kudus-Semarang-Jogja.
Yang gak enak si cuma ada asep rokok dan di tanya-tanya sama cowo yang kurang bening.. coba cowo bening yang tanya.. beh aku jawab dengan sok imut-imut gimana gitu. ---> siapkan kantong buat muntah.

Udah makan perut kenyang hati tenang aku naik becak kerumah sodaraku di kemetiran, 2 gang di belakang Malioboro. Kenapa gak jalan? males bawaan banyak.
Di rumah sodara di tawarin makan pecel lagi dan aku makan lagi.
Rencanaku si cuma nginep semalem, besok sore pulang Jakarta jadi paginya jalan-jalan dulu. eh.. sodaraku protes kalau malu pulang jangan sore soalnya sampai Jakarta malem, jadi kalau mau pulang jam 12an aja.. Dimana kalau jam 12an aku gak sempet jalan-jalan.
Karena disuruh pulang jam 12an, malemnya aku nekat jalan ke Malioboro berburu oleh-oleh.. (sekalian cuci mata, banyak brondong-brondong) lomayan masih bisa dapet harga murah bermodalkan nawar dengan bahasa jawa... itu salah satu tips nawar.. yang gak berhasil di tawar cuma tas rajut.. karena harganya ratusan ribu, nawar separo harga juga gak mau... tapi malam itu dapet banyak hasil.. Aku beli blezer batik, 2 kemeja cowo dengan harga 100rb, trus beli kemeja batik cowo yang bagus + pembersih batiknya 100rb (harga butik) trus celana buat mama 2 ekor. Lumpia sekotak, dan yang gak dapet kemeja buat temenku aja (pedagang bilangnya udah gak di produksi kemeja batik cewe itu).
malemnya aku coba pesen tiket kereta via online karena gak usah pake biaya admin + diskon 10%, tapi kerennya sinyal zonk.
Whats App masuk toko online ngedrop... bahkan COC gak masuk-masuk..   akhirnya aku ketiduran karena nunggu loadingan.
besok paginya mau pesen tiket yang buat jam 12 ternyata gak bisa, harus pesen H-1.
Oke lah aku nginep semalem lagi di rumah sodara san hari itu aku bebas jalan-jalan keliling Jogja.
Maka aku mulai petualangan keliling Jogja sendirian.
Di mulai dari Taman Sari. Aku berusaha pesen gojek tapi sinyal gak tembus daerah situ (ini semua karena banyaknya hotel di sekitar yang nyedot sinyal). Akhirnya aku di anter sama karyawan kantornya sodara.
Sampailah di Taman Sari, aku bayar 7ribu.
Aku pikir Taman sari itu kaya musium lain, jadi satu kawasan khusus ternyata Tidak. saat di tawari tour guid taman sari aku nolak karena gak tahu, sebenernya itu butuh. Buktinya "aku nyasar", gimana kaga, pas masuk turun kebawah ada kolam biru bening bau kaporit, kita gak boleh berenang disana, trus jalan lagi keluar arena kolam udah ada tembok dengan 4 pintu menuju kawasan pemungkiman warga,
Aku mikirnya itu udah pintu keluar taman sari, ya masa taman sari cuma kolam doank, trus tangga keren yang di google gak ada.. Aku kebingungan, lagi bingung aku foto pembatik di sekitar sana, trus si mba pembatik itu tanya "dari mana?"
aku jawab "Jakarta" ---> biasanya kalo di tanya gitu aku suka ngarang, karena kalo jujur bilang orang Jakarta nanti di sanbgka kaya atau banyak duid, banyak persepsi negatif yang bisa merugikan kita kalo ngaku warga Jakarta di daerah (menurut aku)
"Sendirian?"
"Iya, itu lagi bikin apa? Kok pake kuas gak pake canting" aku kepokan sama kegiatan orang itu.
"Ini lagi warnain isinya aja kalo gambarnya pake canting, ini biar rata." jawab si mba. Aku diem liatin si mba dan toko di belakangnya. "Tadi buat fotonya seiklasnya aja." tiba-tiba si mba ngomong lagi.
"Apa???" (ada soundtrak kaget) aku kaget sambil liatin itu orang jelek. Aku bingung mesti gimana jadi aku diem untuk beberapa saat kaya di sinetron-sinetron gitu.
"Itu jalan kesana menuju tangga" si mba mengalihkan pembicaran, oke aku langsung kabur menuju pintu yang ditunjuk. Gak sangka kok pembatik gitu kaya pengemis minta-minta uang kepengunjung.. Kayanya itu karena aku bilang dari Jakarta. (persepsinya orang Jakarta kaya-kaya)
Pas keluar dari tembok itu langsung rumah warga dan gak ada petunjuk apapun. Ada beberapa rumah dijadikan kios toko penjual baju batik dan minuman. Bener-bener gak ada petunjuk jalan, kompas, bintang timur ataupun remah roti disana. Aku rasa Google Map pun gak ngerti, karena di google hanya blur dan tulisan taman sari tok.
Fix aku nyasar, aku masuk gang sempit, tapi takut salah masuk rumah orang, karena komplek perumahan gitu tar disangka mau maling lagi, aku nemu bagunan batu kaya pintu taman sari jadi aku masuk aja, dan ternyata pintu itu tembus menuju pintu masuk. Aku balik arah karena takut disuruh bayar lagi dan akhirnya aku balik lagi menuju arena si mba pembatik itu, dan untungnya itu orang udah gak ada.
jadi aku carilah orang dengan tour guidnya dan ketemu. Aku ikutin aja dan rasanya bahagia baget. Walau aku berasa orang asing yang tiba-tiba nimbrung tapi bodo amat deh soalnya aku udah seneng banget ada tour guid. Jadi bisa nikmati bangunan lain yang tersembunyi dan tahu bangunan itu untuk apa. eh tahu-tahu di minta jadi model foto sama pengunjung lain (kenarsissan muncul, dan langsung enjoy berpose kaya model).
Jadi bangunan taman sari itu kaya ruangan-ruangan gitu ada tempat semedi, ada  kamar, ada sumur,ada dapur dan itu mencar-mencar. disekelilingnya juga rumah penduduk gitu. Dari tour guid aku tahu penduduk itu ternyata keluarga Abi dalem. Dan tadinya di taman sari itu bangunannya ada banyak mungkin sekitar 40/20an gitu dan sisanya cuma 7 semua runutuh karena gempa, bangunan itu terbuat dari batu + telor putih dari ayam hitam aja, tanpa pengangga dan semen jadi pas gempa rubuh, sisanya yang ada itu. Tadinya juga Taman sari bukan hanya tempat pemandian para dayang keraton, tapi juga sebagai vila. tempat semedi dan bertapa, (semedi itu sehari-hari kalau betapa itu 7hari-7malem berdoa gak tidur gak makan).
Intinya kalau mau banyak pengetahuan dan gak nyasar gunakan tour guid.
Habis dari taman sari aku blom menetukan tujuan selanjutnya dan aku buka google map dan gak jauh dari taman sari adalah Kraton. Ya jalan lah aku ke Kraton dengan panduan Google map, melewati kampus. Sempet di godain anak kampus, yah setidaknya mereka sama aja kaya abang-abang di pinggir jalan yang suka suit-suitin cewe lewat. Mereka aja belum tentu mau di suit-suitin sama cewe.
Jalan yang di tunjukan Google map ternyata jalan menuju pintu belakang kraton, sedangkan untuk turis masuk lewat pintu depan, jadi aku muter buat masuk ke Kratonnya. Yah, Jogja itu banyak bule, apa lagi di Kraton, banyak rombongan bule, dari mana-mana, dari China, Jepang, Jerman, dan Amerika. soalnya ketawan dari logat ngomongnya.
Muter-muter kraton dah, capek kalo ceritain apa aja yang ada di Kraton, intinya disana menjelaskan tetantang semua hal mengenai kerajaan dan Kratonnya, dari hal-hal kecil kaya dapur, perabotan, batik, pakaian, foto-foto sejarah. Gak tahu lagi apa yang mau di ceritain (banyak turis ganteng bikin gak konsen sama isi pamerannya).
Dari Kraton aku mencari makan, dan targetku Sate Klatak. Berkat bantuan abang minuman aku menentukan sate mana yang aku pilih. Oh ya, gojek di Jogja itu aneh loh. Mirip sama tukang becak di Semarang. kalau naik ditanya, mau kemana abis makan, trus mau di tungguin. Padahal aku udah nolak dan maksa. (itu gak cuma satu gojek aja loh) apa udah jadi ciri khas ya?
Abis makan aku cari gojek lagi ke Kota Gede, karena aku mau yang praktis. Tempat aku makan gak di lewati sama trans Jogja. cuma ada bus yang gak tau kemana. jadi aku pesen gojek, kan praktis.
Ansor, pertama kali aku datang kesana pas SMP dimana gak punya banyak uang, walau sekarang uangku juga gak banyak tapi bisalah beli beberapa oleh-oleh buat diri sendiri disana. Dari kota gede aku main trans Jogja. Dan plis aku nunggu tran Jogja hampir sejam. Bosen banget. mana kudu transit lagi dan aku kejar waktu mau ke pasar Bringharjo, mau hunting kemeja batik cewe buat temenku. akhirbnya dari halte transit itu aku naik becak ke pasar bringharjo sekiar 2 km. Pas aku sampe udah jam-jam menjelang tutup dimana kalo nawar bisa dapet murah.
Sip lah dalam hitungan menit aku dapet kemejanya yang di deretan Malioboro kaga ada.  harganya juga dapet  35ribu/potong. Dan aku dapet blezer 35ribu, sama celana mama 2 ekor lagi. yah lomayan lah. muter-muter tanpa tujuan mau beli aku aku iseng tanya kain batik gitu "pinten bu?"
"sekang"
aku senyum trus kabur.
okeh.. selama di kudus semarang dan sampe detik sebelum itu setiap aku tanya pake bahasa jawa alus itu 'pinten' aku selalu ngerti maksud harganya, tapi kali ini aku gak tau dan kabur. Pengalaman memalukan banget. Akhrinya aku kena batunya pas sok-sokan pake bahasa jawa.
Sudah lah aku keluar aja dari pasar. dan menuju musium Vrendebrug yang harusnya udah gak jual tiket lagi.. dengan harga tiket 2ribu bisa liat banyak hal disana, tentang sejarah kemerdekaan, bagaimana sultan mendukung kemerdekaan Indonesia. tokoh pendidikan. ada 4 diploma di sana dan semua full AC, adem bersih dan sepi. banyak banget miniatur cerita sejarahnya. batre kamera udah sekarat buat foto disana. Aku main sampei musium tutup dan balik ke jalan Malioboro lewatin Taman Budaya.
Di depan musium, yaitu ujung malioboro terdapat beberapa menjual kenarsisan, yaitu orang-orang yang merelakan peliharaanya narsis sama turis. Ada badut-badut goyang-goyang, ular sampai burung hantu. dengan merogoh kocek 10ribu aku foto sama Nana (burung hantu coklat yang imut-imut) kesenengan gak bisa di bilang deh. udah dekil akibat seharian jalan di Jogja, endingnya foto sama Nana, udah gak yakin masih cakep, tapi bodo amat, yang penting foto dulu...
Dan setelah itu aku pulang kerumah sodara lomayan jalan kaki jauh, lewat gang Dagen yang banyak hotelnya. Besok paginya aku udah pulang menuju Jakarta, Jalan kaki aja dari rumah sodara sampai stasiun Yogja dengan tas tambahan yang aku beli di Malioboro, soalnya belanjaan nambah banyak banget.

Besok paginya aku balik ke Jakarta pake kereta Fajar utama Jogja. Jalan dari rumah sodara sampe stasiun Yogyakarta lomayan keringetan pagi-pagi. Kurang lebih 8 jam dalam kereta dingin karena aku naik kereta bisnis dari jogja gak banyak penumpoang tapi pas di jalan pada naik-naik jadi penuh juga. jam 3 sore aku sampe lagi di stasiun Jatinegara.


Percaya apa gak aku nulis Entri ini dari Siang ampe Malem---> lama banget..

0 celoteh:

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo