Rabu, 30 Maret 2011

Kepribadian Sehat (menurut teori Psikoanalisa dan Behavioristik)


Kepribadian Sehat
Apa itu kepribadian sehat? Manurut Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”. Sedangkan sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.jadi kepribadian sehat adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Dalam psikologi kepribadian dikenal berbagai macam mazab serta teori-teori tentang kepribadian. Namun ada tiga teori tentang keribadian sehat yaitu Psikoanalisa, Behavioristik, dan Humanistik.

Psikoanalisa
Sigmund Freud adalah bapak psikoanalisis dilahirkan di Moravia,tanggal 6 mei 1856 dan meninggal di London tanggal 23 september 1939. Hampir selama 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukan Austria.
Dari anggapan Freud bahwa kesadaran hanyalah sebagian kecil dari pada seluruh kehidupan psikis. Freud memisahkan psyche itu sebagai gunung es ditengah lautan, yang ada diatas permukaan laut itu manggambarkan kesadaran, sedangkan yang dibawah permukaan air laut mengambarkan ketidak sadaran. Didalam kesadaran-kasadaran terdapat ketakutan-ketakutan dasar yang mendorong pribadi.
Pokok-pokok teori freud
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diiktisarkan dalam rangka struktur, dinamikan dan perkembangan kepribadian. Stuktur kepribadian tersebut mencakup tiga aspek yaitu:
  1. Das Es (the id), yaitu aspek Biologis
  2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
  3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
The Id  merupakan sistem kepribadian yang asli dan merupakan sumber energi utama bagi hidup manusia. Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Freud menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan agresifitas. Dorong in menghi dibawa sejak lahir.
Dalam Id terdapat dua jenis energi yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan individu, yaitu insting kehidupan dan insting mati. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan, dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya menghindari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle). Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Untuk menghilangkan ketidak enakan dan mencapai kenikmatan itu The Id mempunyai dua proses yaitu:
  1. Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti misalnya bersin, berkedip dan sebagainya
  2. Proses primer misalnya orang lapar membayangkan makan.
Namun jelas dengan cara ini kebutuhan akan makan tidak dapat terpenuhi karena itu dibutuhkan ego.
The Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Misalnya orang yang lapar harus mencari, menemukan, dan memakan makanan sampai tegangan karena merasa lapar dapat dihilangkan.
Dalam fungsinya ego berpegang dalam prinsip kenyataan adau realitas dan bereaksi pada proses sekunder. Terkadang ego juga dipandang sebagai aspek eksekutif
 kepribadian, karena ego mengatur jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan  yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya., dapat juga memilih obyek yang dapat memenuhi kebutuhan.
The Superego Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adapt istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasrnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.
Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :
1). Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level)Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain-lain.
2). Tingkat prasadar (preconscious level)Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.
3). Tingkat tidak disadari (unconscious level)Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Kepribadian yang baik menurut psikoanalisis adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah. Belajar mengatasi tekanan dan kecemasan, serta keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.

Behavioristik
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson. Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian bila orang berbicara kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme
Teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku dan semua bentuk tingkah laku manusia. Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
  •     Clasical conditioning (Pavlov)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan, Rusia pada tanggal 18 September 1849, dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Pada awalnya Pavlov bukanlah sarjana psikologi, Ia adalah seorang dokter spesialis bidang fisiologi. Eksperimen Pavlov di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan anjing. Dalam percobaan tersebut, ia menemukan bahwa subyek penelitiannya akan mengeluarkan air liur ketika melihat makanan. Selanjutnya ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical Conditioning.
Empat komponen dasar yang membangun Teori Condisioning Pavlov, yaitu:
1.      unconditioned stimulus (UCS)
2.      unconditioned response (UCR),
3.      conditioned stimulus (CS), dan
4.      conditioned response (CR).
Masing-masing komponen di atas bisa diidentifikasi dari percobaan Pavlov terhadap anjing. Awalnya Pavlov meletakkan daging dihadapan anjing. Seketika anjing mengeluarkan air liurnya. Dalam konteks komponen kondisioning, daging tadi adalah unconditioned stimulus (UCS) dan keluarnya air liur karena daging itu adalah unconditioned response (UCR). Selanjutnya, Pavlov menghadirkan stimulus baru berupa lampu yang dinyalakan beberapa saat sebelum ia memperlihatkan daging pada anjing. Hal ini dilakukan berulang-ulang, hingga pada akhirnya, hanya dengan menyalakan lampu tanpa diikuti dengan memperlihatkan daging, anjing itu mengeluarkan air liurnya. Nyala lampu, sebelum dipasangkan dengan daging disebut neutral stimuli, tapi setelah berpasangan dengan daging disebut conditioned stimuli. Sedangkan keluarnya air liur oleh CR disebut conditioned response. Proses untuk membuat anjing memperoleh CS disebut conditioning stimulus.
Teori ini bisa membentuk pribadi yang sehat misalnya saja seseorang akan berbuat baik(CR) ketika melihat orang lain kesusahan(CS) karena teringat pada kebaikan orang tuanya(UCS).
  •      Operan Conditioning
 Skinner berminat pada analisis eksperimental atas tingkah laku. Skinner melakukan penelitian pada tikus atau burung merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian operan (operant conditioning) pada penelitiannya. Dlam eksperimennya Skinner selalu menggunakan sebuah kotak sehingga sering kali dijuluki  Skinner Box.
            Skinner percaya bahwa kepribadian akan dapat diketahui dari perkembangan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya secara kontinu. Bagi Skinner semua perilaku manusia ditentukan secara sadar atau tidak.
Skinner membuat tiga asumsi dasar, yaitu:
1.      Perilaku itu terjadi menurut hukum tertentu (behavior is lawful).
Walaupun mengakui bahwa perilaku manusia adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, namun Skinner tidak mencari penyebab perilaku di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-alasan penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal. 
2.      Perilaku dapat diramalkan (behavior can be predicted).
Perilaku manusia (kepribadiannya) menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif dimana individu tersebut mengambil bagian.
3.      Perilaku manusia sapat dikontrol (behavior can be controlled).
Perilaku dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi antaseden yang dapat diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat penting dalam menentukan perilaku.
 Namun perlu di sadari bahwa kelemahan dari Behavioristik adalah dalam teori clasical conditioning, manusia disamakan dengan “hewan” dan dalan operan conditioning manusia dianggap sebahagai “robot” yang dapat dikondisikan sehingga manusia dapat di program. Dalam teori-teori ini manusia dianggap sebagai satu kesatuan yang sama. Pada kenyataannya manusia adalah mahluk yang unik (Teori Humanistik). Maka untuk mengetahui keseluruhan tentang kepribadian sehat kita tetap perlu mengetahui tentang teori Humanistik

Sumber :
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2005
Wardalisa. http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.0 . 19 maret 2011

0 celoteh:

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo