Kamis, 26 Mei 2011

Kebutuhan Afiliasi, Persahabatan, dan Tingkah Laku Prososial


Kebutuhan Afiliasi
Manusia adalah mahluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, inilah yang mendasari kebutuhan untuk berafiliasi ini. Kebutuhan afiliasi adalah motif dasar seseorang untuik mencari dan mempertahankan relasi interpersonalnya. Kebutuhan afiliasi terkait dengan pertemanan, bersosialisasi, berinteraksi, bekerja sama dengan orang lain,  bahkan jatuh cinta. Pengukuran kebutuhan afiliasi sendiri dibagi menjadi dua yaitu self report atau menanyakan secara langsung atau eksplisit dan pengukuran proyektif seperti menginterpretasikan apa yang terjadi pada gambar atau secara implisit.
            Seseorang yang memliki eksplisit tinggi maka akan mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan beragam orang dan memiliki konteks sosial yang baik. Sedang orang yang memiliki implisit tinggi senang berinteraksi dengan satu orang saja namun akan sangat akrab dan konteks interpersonal yang baik. Selain itu pengukuran kebutuhan afiliasi bisa diukur dengan kebutuhan akan stimulisasi positif, dukungan sosial, perhatian, dan perlindungan sosial ataupun keinginan memperoleh pengetahuan.
            Efek dari kebutuhan afiliasi ini sangat banyak terutama terhadap tingkah laku seseorang, misalnya saja seseorang yang sedang menjalin hubungan terkadang akan lebih menulis banyak surat atau menelepon, lebih sering tertawa dan secara fisik lebih dekat dengan orang lain, menhindari komentar negatif, terlibat interaksi secara emosional dalam suatu hubungan, jarang terlibat dalam perilaku antisosial, waktu untuk diri sendiri akan lebih sedikit, terlihat antusias, memiliki jadwal yang lebih padat seperti acara kencan dan masih banyak lagi.

Persahabatan
Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab dan intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Persahabatan dimulai dari suatu pertemanan. Persahabatan berbeda dengan pertemanan. Persahabatan lebih sukarela dan iklas dalam memolong sahabatnya, meneriman sagala keunikan individu, memiliki keakraban dan keintiman. Persahabatan juga tidak terhapuskan oleh ruang dan waktu serta tidak mudah terhantikan. Sedangkan pertemanan hanya sebatas menganal dan saling menerima. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, namun bukan hanya pada saat  membutuhkan bantuan barulah memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru harus beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabat.

Tingkah Laku Prososial
Prososial adalah suatu prilaku menolong atau peduli pada lingkungan social, kepada seseorang atau sesama dengan atau adanya dorongan. Sedagkan perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau pun kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun, atau agape.
Ada dua hal dari pengaruh eksternal yang mendasari seseorag ingin berprilaku prososial seperti kewajiban atau tuntutan dari pihak lain, dan model pengambilan keputusan untuk membantu orang lain. Ada tiga model pengambilan keputusan untuk membantu orang lain diantaranya social – exchange atau timbal balik berupa kepuasan, Social Norms atau social responsibility atau ada yang mengatakan harus menolong, dan evolutionary psychology untuk mempertahankan keturunan, dan mensejahterakan orang.

            Faktor pengaruh pribadi dalam tingkah laku prososial sendiri adalah faktor kepribadian dimana kebutuhan tinggi diterima secara sosial cenderung menyumbang uang, faktor personal dan situasional dimana karakter dan derajat kebutuhan orang yang ditolong, hubungan sosial dimana seseorang yang dikenal didahulukan, nilai-nilai agama dan moral dimana penghayatan nilai agama dan moral dalam diri individu yang menjadi suatu pendorong, tanggung jawab diman individu merasa bagian dari komunitas, latar belakang keluarga dimana individu memiliki keluarga altruistik sehingga membentik kepribadian yang baik, suasana hati dimana individu memiliki suasana hati positif atau baik, dan  norma timbal balik dimana individu engharapkan adanya rasa balas jasa.

Aspek-aspek yang mendasari Pemberian Bantuan seperti perilaku memberi dan menguntungkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan orang lain, rasa empati atau kemampuan untuk memahami perasaan orang lain,suka rela dan tanpa pamrih. Mencintai orang lain, membantu memenuhi kebutuhan orang lain dan menghargai orang lain adalah Komponen dalam Altruisme.

Karakteristik Untuk Menuju Masyarakat Prososial Atau Altruisme :
  •  Emphaty (merasa bertanggung jawab, bersifat sosial, menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi berbuat baik)
  •  Belief On A Just World (dunia adalah tempat yang baik, yang baik selalu mendapatkan ”hadiah” dan yang buruk mendapatkan ”hukuman”)
  •  Social Responsibility (setiap orang bertanggung jawab terhadap orang lain)
  • Internal LOC (kontrol diri internal)
  • Low Egocentricm (mendahulukan kepentingan orang lain)

    2 celoteh:

    eydha mengatakan...

    tulisannya bagus,,itu sumbernya dari buku apa ya?

    Yasika mengatakan...

    @eydah
    maap banget ne baru bales,,, aku baru nyentuh blog lagi soalnya... (padahal gak tau cara baca komen orang-orang)
    lagi buat skipsi ato sejenisnya ya?
    hehe..
    ini itu sumbernya dari dosenku tercinta.. dia gak ngasih tau bukunya.. tapi dia buat Power Poin buat mahasiswanya dan dia jelasin gitu aja.. hehehe...

     
    ©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo